Loading

Joey : Si Frustasi Yang Beruntung - Mark Bowden

Joey Coyle tersungkur di tempat tidur. Ia sakau sepanjang malam, sakit yang dibuat atas ulahnya sendiri, kesemua permasalahannya berawal dari meth cairan kimia terlarang, yang selalu membuatnya uring-uringan dan bingung. Ketika ia kembali memompakan cairan itu ke dalam tubuhnya, tenaga hebat serta merta menjalar memenuhi seluruh aliran darahnya; detak jantung dan putaran pikiran dalam otaknya seraya berlomba untuk berpacu lebih keras lagi. Itulah yang dirasakannya malam itu. Ia baru bisa benar-benar memejamkan matanya, tidur lelap ketika hari menjelang siang.

Hari ini, ia akan mendapat jatah tidur sebentar saja karena ia telah kehabisan persediaannya. Tidak ada persediaan apa pun yang tersisa, itu menunjukkan bahwa dirinya sedang bokek, tidak memiliki uang. Sudah hampir satu bulan lamanya, serikat kerja tempat di mana ia bekerja di pelabuhan, belum menelepon untuk memintanya kembali bekerja. Ia menghasilkan uang banyak dari kerja serabutan, kerja kontrak musiman, pekerja kasar sebagai seorang longshoreman (pekerja pelabuhan) yang biasanya mengerjakan pekerjaan yang berkenaan dengan mekanik, konstruksi, dan lainnya di seputar pelabuhan. Ayah dan kakak lelakinya pun bekerja di sana. Joey tidak tamat Sekolah Menengah Atas, namun dirinya berbakat dalam bidang mesin. Di pelabuhan, ia juga biasanya ditugaskan untuk memperbaiki lift, Joey memang ahlinya dalam bidang yang satu ini. Ia bangga atas keahliannya itu. Oli mesin kotor melumuri telapak tangannya yang tebal dan keras. Sudah lebih dari satu tahun belakangan ini, laju perekonomian di wilayah Philadelphia sedang lamban dan buruk; dan akibatnya kesempatan kerja semakin terbatas. Panggilan kerja memang sempat diterimanya untuk mengisi kekosongan pekerja tetap di pelabuhan, karena mereka pergi berlibur memperingati hari raya Natal. Sejak itu, Joey belum mendapatkan pekerjaan lain. Menjelang matahari terbit, Joey uring-uringan seperti orang gila. Di manakah kiranya ia akan menemukan pekerjaan perbaikan atau renovasi lain?

Jam-jam kosong tanpa kegiatan apa pun, telah membuat Joey merasa seolah dirinya dihimpit beban yang sangat berat. Dia berusia dua puluh empat tahun dan masih tinggal di rumah ibunya. Ia sangat menyanyangi ibunya dan berbakti kepadanya. Ayahnya telah meninggal dunia karena penyakit serangan jantung pada suatu malam setelah ia dan ayahnya memperdebatkan suatu argumentasi. Lelaki tua itu tidak pernah menyukai penampilan Joey yang berambut gondrong. Kata-kata terakhir yang keluar dari mulutnya, disampaikannya kepada Joey dengan penuh kemarahan hebat; dan Joey merasa bersalah bahwa kematian ayahnya itu telah disebabkan oleh kelakuannya yang urakan. Delapan tahun telah berlalu, namun rasa bersalah yang membebani perasaannya tidak pernah sirna dari hatinya. Membantu ibunya memang telah sedikit menolong, mengurangi beban bersalah yang dipikulnya, oleh karenanya Joey tinggal bersama ibunya. Namun, ibunya jatuh sakit. Ia menderita penyakit liver akut dan membutuhkan perawatan. Joey tidak bisa diandalkan.

Ibu Joey pindah rumah ke sebuah apartemen beberapa blok jauhnya dari rumah itu, tinggal bersama kakak perempuannya, Ellen. Joey menanggapi kenyataan seperti itu sebagai serangan mental lain bagi dirinya. Ia merasa dirinya telah mengecewakan ibunya, dan sebaliknya, ia merasa ibunya telah membuatnya kecewa. Ibunya tidak lagi berada di dekatnya. Joey merasa terpukul dan gagal, tetapi untuk berbagi cerita dengan orang lain mengenai perasaannya, tentu tidak mudah baginya. Joey bukanlah tipe orang yang mau melihat Jauh ke dalam sisi dirinya, bagaimana dan mengapa ia ditimpa permasalahan yang bertubi-tubi. Joey terus menjalani hidup apa adanya sesuai pembawaan alamiah dirinya sementara meth dengan setia, membantunya. Banyak orang menjulukinya dengan istilah speed, Joey menyebutnya "blow". Karena menurut Joey, meth mampu meniup semua setan penyebab keraguan dalam diri, begitu pula dengan depresi. Beberapa bulan lamanya sejak ibu Joey meninggalkannya sendiri mengarungi malam seperti sedang menunggang carousel, komedi putar; tekanan darahnya tinggi, memuncak ke ubun-ubun lalu tiba-tiba ambruk. Kemudian tekanan darahnya kembali naik dan berpacu keras, untuk mendapatkan uang banyak dan lebih banyak lagi keperluannya, terutama benda yang satu itu, yang selalu membuatnya bersemangat.
 
Rumahnya yang terletak di Front Street, berada di ujung deretan perumahan. Di bagian barat area itu adalah kawasan utama; gereja, sekolah, pasar, restoran, dan bar. Kota ini adalah kawasan tertua di Philadelphia; rumah batako yang beratap rendah, kebanyakan dari rumah-rumah di sana, yang tertinggi hanya memiliki dua lantai. Sikap kekeluargaan antara warga di sana masih kuat. Para anak laki-laki, ayah-ibu, keponakan-kemenakan, dan para cucu; semuanya hidup berdampingan dalam damai. Setiap warga yang bertemudengan warga lainnya, mereka akan saling menyapa hormat. Anak-anak kecil dan cucu-cicit sering terlihat bermain bola di jalanan. Jika salah seorang warga South Philly ditanya, apakah Anda mengenal si A "dari lingkungan sekitarnya", artinya sama saja mereka menanyakan saudara atau kerabat dekat, atau teman akrab. Mayoritas penduduk South Philly memeluk agama Katholik. Mereka bangga akan kepercayaan yang dipeluk mereka; dan bahkan kadang-kadang mereka bersikap takhyul, fragmatis; namun hati mereka tulus.
Dunia telah berubah di sekitar wilayah South Philly. Kesempatan kerja yang dulu melimpah, kini sukar didapat. Yang asalnya terbentang lebar seperti permadani indah, kini benang-benangnya pun telah rapuh. Permadani yang semestinya merupakan tempat berpijak menuju masa depan gemilang, kini tiada lagi. Dari pintu belakang rumah Joey, jika menatap ke arah timur, terbentang luas dunia yang semrawut, sebuah kawasan tanah yang terbengkalai. Rumput dan ilalang tumbuh tinggi dan rimbun, tempat yang sekaligus sebagai pembuangan sampah dan barang bekas, Beberapa rumah gudang terlihat telah rusak, yang dulunya dikenal sebagai area industri, kini telah mati. Beberapa rongsokan mobil bekas terlihat berjejer di sana, tidak teratur. Sesekali terlihat mobil baru atau keluaran baru, yang melintas di antara bangkai-bangkai mobil Itu, menelusuri sepanjang tepian Sungai Delaware. Langit di atas kawasan ini selalu terlihat kelabu dan berdebu. Di belakang deretan perumahan di mana Joey tinggal, terdapat sebuah bangunan jalan tol tinggi dan kokoh Interstate 95, yang bayangannya saja lebih panjang dan lebih lebar daripada bayangan satu blok perumahan di sekelilingnya.

Semasa kanak-kanak, Joey sering bermain di areal terbengkalai itu. Ia akan berteduh di bawah bayangan Interstate itu, sementara suara mesin kendaraan berderu di atas kepalanya seperti suara dewa yang sedang marah. Ia akan mencari lubang tikus, menyiramkan bensin ke dalamnya, kemudian membakarnya. Ia akan duduk menjauh dari lubang itu sembari mengawasi, siap dengan busur dan anak panah di tangan, yang serta merta melesat menerjang sasarannya; tikus-tikus yang terpaksa melompat keluar dari lubang persembunyiannya karena kepanasan. Ketika usianya menginjak remaja, ia dan teman-temannya akan menyelinapkan sebuah pesawat televisi dari truk atau mobil boks yang dipenuhi muatan barang, yang melintas lamban di sana, lalu menjual barang haram itu ke pasar gelap. Uangnya lalu dipakai membeli ganja dan minuman keras. Bagi anak-anak dan sebagian bocah remaja tanggung, tempat itu dianggap layaknya surga dan sekaligus tempat pelarian. Tempat yang liar, menggiurkan bagi mereka, sekaligus berbahaya. Suatu ketika, Joey pernah ditangkap seseorang yang kejam berperawakan tinggi besar, dan mengangkat tubuhnya menggantung di udara, hanya dengan jempolnya saja. Cukup lama sebelum bala bantuan dari teman-temannya tiba, sebelum ia mampu kembali ke pangkuan ibunya. Dunia luar memang ganas. Kini bagi Joey, semua itu tinggallah kenangan.

Tidak seperti teman-temannya, beberapa tahun belakangan ini, Joey jarang keluar rumah. Kematian ayahnya, krisis di tempat kerjanya, dan ketergantungannya yang kian hari semakin meningkat pada narkoba seakan telah memanjangkan masa kanak-kanaknya. Ia merasa terlahir kembali dalam usia yang berbeda; Joey semestinya dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia jika tidak salah langkah; bekerja normal setamat sekolah, menikah, memiliki anak, menjadi kakek,dan pulang ke tempat peristirahatan terakhir di pemakaman HolyCrossCemetery. Kini pekerjaan telah sukar didapat. Kebanyakan dari teman-teman Joey telah menamatkan sekolah menengah serta studi di sekolah keterampilan lainnya, dan mendapatkan pekerjaan yang layak di tempat lain. Lain halnya dengan Joey, ia tidak bisa beradaptasi seperti teman-temannya. Ia tidak sabar, untuk duduk di bangku sekolah, mendengarkan pelajaran dari guru dan membaca buku. Ia harus terus bergerak, melangkah, dan melaksanakan ke-mauannya. Itulah mengapa ia senang bekerja di pelabuhan atau galangan kapal, ia dapat menghindarkan diri bekerja dengan otak, melainkan menggunakan kekuatan fisik, tangan dan kakinya. Tanpa pekerjaan seperti itu, ia stuck, mati kutu.

Di luar sifat buruknya, ia tidak membahayakan orang lain serta sikapnya penyayang. Banyak orang menyenanginya. Kulit wajah Joey berwarna merah jambu, rambutnya tipis dan berwarna pirang, bahkan kumisnya yang berwarna sama, hampir tidak kentara padahal ia telah memelihara kumisnya selama limatahun. Begitu pula dengan alisnya, hanya samar-samar terlihat jelas karena warnanya yang juga pirang; ditambah lagi matanya yang berwarna biru selalu terlihat sayu. Joey berbicara seperti orang yang berbisik dengan keras, hal itu seringkah membuat lawan bicara tidak mampu menahan geli, mereka menertawakannya. Ia pemurah, sikap pemurah yang dimilikinya seperti sikap seorang bocah ingusan yang tidak tahu nilai sebuah barang. Jika Joey sedang dalam mood baik, ia akan rela memberikan barang apa pun yang diminta teman-temannya atau orang lain yang dikenalnya; bahkan jika benda itu pun bukan miliknya. Mudah bagi orang lain untuk menyukai Joey. Namun orang lain pun akan mudah dibuat frustasi olehnya. Joey tidak dapat diandalkan, dalam segala hal. Perkataannya tidak bisa dipegang, seperti halnya helaan nafasnya yang tidak teratur.

( Password : Novel I-One )



Artikel Terkait:

15 komentar:

July 11, 2012 at 1:58 PM Unknown said...

wah menarik nih novel nya...mkch dah share novel nya....

July 11, 2012 at 3:55 PM Musliadi said...

Artikelnya lumayan juga dan menarik....maksih sudah share novelnya dan salam kenal aja. salam bloger

July 11, 2012 at 4:58 PM ICAH BANJARMASIN said...

Bagus banget alur ceritanya ya bang..sipppp.

July 12, 2012 at 11:02 AM Musliadi said...

gan comment balsa comment bukan cuma isi buku tamu, yang fer dog

July 12, 2012 at 12:13 PM blogatap said...

keren dan menarik bang :)

July 16, 2012 at 8:58 PM barang termurah said...

keren bro.. nice info

July 17, 2012 at 10:18 AM Imron said...

Cerita Joey Coyle tersungkur di tempat tidur ini tentunya bukan hanya sekedar cerita...mari kita mengambil hikmahnya...salam blogger

July 18, 2012 at 11:37 AM Misbah said...

weeww..mantap sob,..nice share...........

July 18, 2012 at 11:44 AM Staff Administrator said...

trim share info nya sob :)

July 19, 2012 at 11:31 PM zyi share said...

nice share dach...
:D

July 23, 2012 at 3:05 AM eflianda said...

sambil sahur baca novel dulu ah..
mantap sob ceritanya..

July 25, 2012 at 10:25 AM iduy said...

nyimak aja dah.....

July 25, 2012 at 10:28 AM bocah said...

keren..keren...keren.....!!!!

August 10, 2012 at 4:31 PM asfa blog said...

terus berkarya gan, jangan lupa di bukukan saja gan bagus ko bos, sip bos

Post a Comment

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: