Loading
Showing posts with label Novel Lima Sekawan. Show all posts
Showing posts with label Novel Lima Sekawan. Show all posts

Rahasia Loga Ajaib ~ Enid Blyton

Menurut perasaanku, belum pernah kita mengalami liburan Natal yang begini mengecewakan, kata Dick. kasihan George ! Dia sengaja kemari untuk melewatkan hari - hari Natal bersama kita - eh, tahu - tahu kita semua terserang batuk dan pilek, kata Julian. Ya - tidak enak rasanya meringkuk di tempat tidur pada hari Natal, kata George.

Tapi yang paling menyebalkan, aku juga tidak bernafsu makan sama sekali. Bayangkan, hal begitu terjadi justru pada hari Natal! Tak kusangka nasibku akan sesial itu. Cuma Timmy saja satu - satunyadari kita yang tidak jatuh sakit, kata Anne, sambil menepuk - nepuk anjing itu. kau baik hati Tim, sewaktu kami berempat masih tergeletak semua di tempat tidur, kamu menemani kami. Timmy menggongong dengan lagak serius.

Perayaan Natal sekali itu, sama sekali tidak menggembirakan baginya. Apalah enaknya, kalau keempat kawannya berbaring terus di tempat tidur, batuk - batuk serta bersin terus menerus. Yah - pokoknya sekarang kita sudah sembuh lagi, kata Dick. Cuma kakiku, rasanya masih aneh. Eh, kau juga begitu ya, kata George.

Kusangka aku saja yang berperasaan begitu. kita Semua begitu - tapi sekarang kan sudah mampu bangun lagi, kata Julian, jadi sebentar lagi pasti rasa itu kana hilang juga. Yang jelas minggu depan kita sudah harus sekolah lagi - jadi perlu lekas - lekas merasa sehat kembali.


Rahasia Loga Ajaib ~ Editor By. I-One

Dalam Lorong Pencoleng ~ Enid Blyton


Sial, banku bocor! kata Dick mengumpat. Kenapa justru sekarang, sih! Julian memandang ban belakang sepeda Dick sekilas, lalu melirik arlojinya. Masih ada waktu sedikit untuk memompanya kembali, katanya. Mudah - mudahan saja  tahan sampai ke stasiun. Masih ada waktu tujuh menit sebelum kereta api berangkat.
Dick turun dari sepeda, lalu mengambil pompanya. Saudara - saudaranya mengelilingi anak itu. Mereka ingin melihat, apakah ban yang bocor itu masih bisa dipompa atau tidak. Saat itu mereka sedang berada dalam perjalanan ke stasiun Kirrin.
Mereka akan pergi berlibur naik kereta api. Barang - barang mereka sudah dikirim lebih dulu. Karena itu mereka menyangka cukup banyak waktu untuk bersepeda ke stasiun, menyerahkan sepeda - sepeda ke bagasi, lalu naik kereta api. Mereka menyangka akan bisa tenang - tenang saja. Sama sekali tak ada yang menduga ban sepeda Dick akan bocor di tengah jalan.
Kita tidak boleh terlambat, kata George sambil merengut. Anak itu paling jengkel kalau ada sesuatu yang tidak beres. Ah, boleh saja. Kata Julian. Ia nyengir, geli melihat tampang George yang galak. Bagaimana pendapatmu, Timmy?


Dalam Lorong Pencoleng ~ Editor By. I-One


 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: