Loading

Dalam Lorong Pencoleng ~ Enid Blyton


Sial, banku bocor! kata Dick mengumpat. Kenapa justru sekarang, sih! Julian memandang ban belakang sepeda Dick sekilas, lalu melirik arlojinya. Masih ada waktu sedikit untuk memompanya kembali, katanya. Mudah - mudahan saja  tahan sampai ke stasiun. Masih ada waktu tujuh menit sebelum kereta api berangkat.
Dick turun dari sepeda, lalu mengambil pompanya. Saudara - saudaranya mengelilingi anak itu. Mereka ingin melihat, apakah ban yang bocor itu masih bisa dipompa atau tidak. Saat itu mereka sedang berada dalam perjalanan ke stasiun Kirrin.
Mereka akan pergi berlibur naik kereta api. Barang - barang mereka sudah dikirim lebih dulu. Karena itu mereka menyangka cukup banyak waktu untuk bersepeda ke stasiun, menyerahkan sepeda - sepeda ke bagasi, lalu naik kereta api. Mereka menyangka akan bisa tenang - tenang saja. Sama sekali tak ada yang menduga ban sepeda Dick akan bocor di tengah jalan.
Kita tidak boleh terlambat, kata George sambil merengut. Anak itu paling jengkel kalau ada sesuatu yang tidak beres. Ah, boleh saja. Kata Julian. Ia nyengir, geli melihat tampang George yang galak. Bagaimana pendapatmu, Timmy?


Dalam Lorong Pencoleng ~ Editor By. I-One




Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: