Loading
Showing posts with label Novel Inspiratif. Show all posts
Showing posts with label Novel Inspiratif. Show all posts

Misteri Kehadiran Arwah - Bois

Branden terpaku melihat istrinya. Dilihatnya wanita itu tampak begitu cantik. Rambutnya yang sepinggang dibiarkannya tergerai. Gaun cokelat yang dikenakannya pun tampak begitu serasi. Kini Wanita itu duduk di sebelah Branden seraya meletakkan koper besar yang dibawanya. Koper itu diletakkan di lantai teras, bersebelahan dengan tempat duduknya.

"Kau cantik sekali, Sayang..." puji Branden seraya mengecup kening istrinya dengan mesra.
"Terima kasih, Bran!" ucap Yana seraya tersenyum.
"O ya, pukul berapa bismu akan berangkat?" tanya Branden.
"Pukul 10.30 WIB," jawab Yana.

Branden melirik arlojinya, dilihatnya jam baru menunjukkan pukul 9.00 WIB. "Ngomong-ngomong, kapan Nak Jodi akan menjemputmu?" tanyanya kemudian.
 "Sebentar lagi," jawab Yana singkat.

Pada saat itu, putri mereka yang bernama Rani Dewina datang membawa tiga cangkir teh dan langsung meletakkannya di atas meja. Bersamaan dengan itu, sebuah sedan biru metallic tampak memasuki pekarangan dan berhenti persis di muka rumah. Pengemudinya yang bertubuh tegap terlihat turun seraya tersenyum kepada keluarga Branden.

Dialah Jodi Darmawan, pemuda tampan yang akan menjemput Yana. Sejenak pemuda itu melihat ke sekelilingnya—memperhatikan pekarangan yang tampak begitu asri, lalu dengan segera pemuda itu menghampiri mereka. "Selamat pagi, Pak, Bu!" ucapnya seraya berjabatan tangan dengan keduanya.
 
"Selamat pagi, Nak Jodi! Mari, Nak! Silakan duduk dulu!" tawar Branden ramah.
"Iya, Nak. Kita ngobrol-ngobrol sebentar. Masih ada cukup waktu kok," timpal Yana seraya memandang pemuda itu sambil tersenyum tipis, kemudian pandangannya segera beralih ke arah Rani.
"Nak, sana ambilkan minum!" pintanya kepada gadis itu.

Rani yang sejak tadi berdiri di samping ibunya langsung bergegas ke dapur. Sementara itu, Jodi, Branden, dan Yana sudah duduk kembali. Kini mereka tengah berbincang-bincang, mengisi suasana ceria yang tampak menyelimuti keluarga itu. Beberapa menit kemudian, Rani sudah kembali. Setelah menyuguhkan minuman yang dibawanya, dia pun ikut berbincang-bincang.
 
Tak terasa 30 menit telah berlalu. "Wah, sudah pukul 9.30. Ayo, Nak Jodi! Sudah saatnya kita berangkat," ajak Yana tiba-tiba.

Jodi melirik arlojinya, "Iya benar. Kalau begitu... mari, Bu!" ucap Jodi seraya beranjak bangun dan bergegas membawa koper Yana ke mobil. Pada saat yang sama, Yana langsung berpamitan dengan suami dan putrinya, kemudian menyusul Jodi dan duduk di jok belakang. Bersamaan dengan itu, Branden dan putrinya tampak melambaikan tangan—melepas kepergian orang yang begitu mereka cintai. Saat itu, Yana pun segera membalas lambaian mereka sambil tersenyum lebar.

Kini Jodi dan Yana sedang dalam perjalanan, keduanya berbincang-bincang dengan begitu
akrabnya. Membicarakan soal kuliah Jodi dan mengenai hubungannya dengan Rani. Lama mereka berbincang-bincang, hingga akhirnya mereka tiba di terminal Lebak Bulus.

Kini mereka sedang melangkah ke ruang tunggu terminal. Setibanya di tempat itu, tiba-tiba Yana menghentikan langkahnya. "Nak Jodi, kau tunggu di sini ya! Ibu mau ke toilet sebentar," pamitnya kepada pemuda itu.

Jodi mengangguk, setelah itu dia duduk di kursi yang berada dekat tiang penyangga.
Beberapa menit kemudian, Yana sudah kembali, saat itu dia melihat Jodi sedang berbicara melalui HPnya.
 
Ketika Yana hendak menemuinya, tiba-tiba dia menangkap pembicaraan yang membuatnya sangat penasaran. Yana pun tidak segera menemui pemuda itu, dia justru berdiri di balik tiang penyangga untuk mendengarkan pembicaraan itu lebih lanjut. 

Lama juga Yana mendengarkan percakapan Jodi yang bicara lewat HP, hingga akhirnya...
"Ya… iya… terus...? ...baiklah kalau begitu! Aku janji, besok pagi aku pasti pulang ke Tokyo. Sudah ya! Bye…" ucap Jodi seraya memutuskan  sambungan dan segera menyimpan HP-nya.
 
Sementara itu, Yana masih berdiri di tempatnya, dalam hati dia terus bertanya-tanya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia bergegas menemui pemuda itu.

"Maaf ya, Nak Jodi! Ibu agak lama," ucapnya kemudian.
"Tidak apa-apa kok, Bu. Mari...!" ajak Jodi seraya mengangkat koper yang tadi diletakkannya.
 
Tak lama kemudian, keduanya sudah tiba di bis yang akan mengantar Yana.
"Terima kasih ya, Nak. Kau sudah mau mengantarkan Ibu," ucap Yana seraya tersenyum ramah.



( Password : Novel I-One )

Lupus Kecil - Hilman Hariwijaya

LUPUS selalu ada-ada saja ternyata. Dia selalu ada bila di situ banyak kembang gula. Anak ini suka sekali kembang gula. Tau kembang gula? Itu lho, makanan yang terbuat dari kembang, yang diatasnya ditaburi gula.hihihi...

Dan sekali caplok, mulut Lupus bisa memuat lima atau enam kembang gula. Bukannya serakah, biar rasanya meriah kayak taman ria, ujar Lupus.

Mungkin di antara kalian sudah ada yang pernah mendengar cerita dia setelah besar. Setelah kelas dua SMA. Nah, ini memang catatan saat Lupus masih kecil. Masih kelas satu SD.

Guruku Manis Sekali 
Lupus punya guru baru. Gurunya maniis dan baeeek banget. Jadinya Lupus dan temen-temennya pada sok sibuk ngambil hati Bu Guru. Yang biasanya nggak pernah nyisir, jadi tampil kelimis. Yang biasanya bajunya lecek dan dikeluarin, jada pada licin kena setrika dan wangi. Pokoknya kelas Lupus jadi full-wangi. Kalah deh taman bunga.

Ngga cuma itu aja. Mereka juga jadi sibuk ngapalin tips-tips supaya disayang guru. Misalnya ngga boleh berisik waktu guru sedang ngajar, nggak boleh ngejulukin guru : si pantat bebek lah, idung ongol-ongol lah. Malah syukur-syukur kalo bisa sih pas jam istirahat nyempetin nraktir makan somai si Ibu Guru di kantin. Hehehe...

Tapi dasar Lupus apes, lagi persaingan ketat begitu, rambut Lupus malah dibabat abis sama Papi. Lupus sampe syok dan minder. Dia nutupin kepalanya pake topi. Waktu Pak Kepsek negur, dia sampe nggak berani ngangkat kepala. Bahkan Lupus minta supaya Pak Kepsek jangan lama-lama ngeliatin dia. Eh, nggak tahunya, Pak Kepsek malah kagum sama potongan rambut Lupus, dan kepalanya Lupus itu dijadikan proyek percontohan.

Berakhirnya penderitaan Lupus? Olala, tentu saja belum. Winur, cewek kece yang lagi deket sama Lupus jadi terheran-heran ngeliat tingkah aneh Lupus. Misalnya, pas mau ke mal naik bajaj, Lupus bukannya duduk mala berdiri. Pas pulangnya, Lupus jongkok. Winur bingung, kenapa sih ni anak?

Trus, apalagi kisah ajaibnya Lupus? Silakan baca sendiri sampe abis. Dijamin full ketawa ketiwi.

Download :
Lupus Kecil   (pdf)
( Password : Novel I-One)


Malam Terakhir - Leila S Chudori

Malam terakhir adalah kumpulan cerpen Leila S Chudori. Seorang penulis kawakan. Sebagai seorang penggemar cerpen, buku ini sangat besar. Hampir semua cerpennya bagus dan banyak bercerita tentang wanita.

“Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip dan pengorbanan…Banyak idiom dan metafor baru di samping padangan falsafi yang te…more “Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip dan pengorbanan…Banyak idiom dan metafor baru di samping padangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan lukisan-lukisannya sangat kasat mata.”



H.B.Jassin, pengantar Malam Terakhir Edisi Pertama


“Dalam cerpen ‘Air Suci Sita’, ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai ceritanya dengan kalimat:’Tiba-tiba saja malam menabraknya.’ Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental…Dengan thnik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan mengapa hanya kesetiaan wanita yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria? (…) Sebagaimana awal dari perjalanan panjang Leila sebagai salah seorang penulis di masa depan, kumpulan ini penuh janji.”





Komik Batman Vs The Incredible Hulk

Biasanya ketika saya berpikir tentang DC / Marvel crossover, saya merasa ngeri dengan kenangan canggung DC vs Marvel dari 90-an dan JLA yang lebih baru / Avengers. Tapi sekali waktu, DC / Marvel crossover benar-benar benar-benar keren.DC dan Marvel ikon pertama bertabrakan ketika Superman bertemu Spider-Man, tetapi sebagai seorang anak, paparan pertama saya dari dua penerbit yang datang bersama-sama adalah dengan Batman vs The Incredible Hulk! Pada tahun 1981, tidak ada yang lebih cocok untuk mengarahkan pertemuan pertama antara Dark Knight dan Goliat Hijau dari Len Wein.Setelah sudah menyentuh kedua karakter sebelumnya, Wein menawarkan pertukaran otentik antara dua headliners buku komik, dan bersama dengan seni yang indah Jose Luis Garcia-Lopez, ini merupakan berukuran lebih dari satu-shot yang akan merangsang kedua sekolah penggemar.

Cerita ini dimulai dengan gambaran tak menyenangkan dari beberapa warga Kota Gotham mengalami mimpi-mimpi mereka dan pikiran menjadi kenyataan di depan mata mereka, menuntun kita untuk senyum sadis Joker dalam perjalanan ke kejahatan berikutnya. Kami segera bertemu Bruce Banner - mudah dikenali oleh tanda celana ungu - bekerja sebagai gerutuan di sebuah fasilitas penelitian gamma sebagai bagian dari usahanya mencari obat untuk penyakit yang unik radioaktif nya. Ketika Banner rekan kerja mulai menjatuhkan mati dengan gembira iblis dan menyeringai gila di wajah mereka, Banner berpikir cukup cepat untuk menghindari bahan kimia beracun memenuhi udara, tapi gagal untuk melarikan diri dari kemarahan tumbuh di dalam hatinya. Joker membuat pintu masuk megah dengan rombongannya yang jahat, siap untuk mengangkat beberapa peralatan gamma mahal dari fasilitas penelitian, tapi ketika Hulk muncul untuk menghancurkan "kecil putih-wajah manusia," demikian juga Batman. Joker pesona cepat meyakinkan Hulk bahwa makhluk cowled gelap adalah musuh Hulk, dan wajah dua dari dalam duel yang menghancurkan, sedangkan parit Joker duo dengan alat gamma ia datang untuk.

Kemudian kita belajar bahwa kepentingan Joker dalam pistol gamma adalah bukan untuk penggunaan pribadi, tetapi untuk bantuan teman barunya yang terbaik, manusia setengah dewa asing, Para pembentuk dari Dunia, Ia Siapa yang Membuat Mimpi Live! Atau, seperti Joker mengacu kepadanya untuk sisa pembentuk, buku. Dua puluh halaman pertama dari cerita itu mengagumkan dan menarik, dan semua itu benar-benar dibawa turun oleh kebodohan dari "pembentuk dunia dan mimpi," tapi untungnya, dia tidak membunuh seluruh buku. Pembentuk, penjahat Marvel yang agak kabur yang terlihat persis seperti sebuah Skrull cyborg 100-kaki, memiliki sakit kepala yang secara harfiah mendorongnya gila. Dan diberi kekuasaan khusus nya, membuat mimpi datang untuk hidup, dia akan gila entah bagaimana akan menyebabkan seluruh alam semesta untuk pergi kelapa, dan entah bagaimana dosis yang ekstrim gamma energi setara untuk beberapa Tylenol dan tidur siang. Perjalanan mad pembentuk untuk membantu telah membawanya ke bumi, di mana ia bertemu Joker, dan karena ego Joker wont memungkinkan siapa pun untuk menjadi lebih gila daripada dia, dan dengan janji mimpi asing membentuk kemampuan, dia menawarkan bantuan.


Keluar di jalanan, Batman adalah meletakkan kepalan tangannya dan boot-tumit ke rahang ampas lokal, mencari informasi tentang Joker, sementara Bruce Wayne, sepenuhnya sampai dengan kecepatan pada situasi Banner / Hulk, Banner telah menawarkan tempat di penggajian untuk membantu tidak hanya lebih lanjut penelitian energi gamma, namun dengan harapan Banner yang dapat menemukan obat untuk dirinya sendiri. Sebagai pekerjaan dimulai, stres Banner terhibur oleh pelayan terpercaya Wayne, Alfred dinar. Segera, pasukan militer drop-down pada fasilitas penelitian Wayne untuk mengekstrak Bruce Banner buronan.Tidak butuh waktu lama untuk pelit hijau untuk menunjukkan wajah besar, tapi ketika rakasa goo 50 kaki (itu benar ... sebuah rakasa goo) tiba untuk menjebak Hulk dalam krim yang tengah mengisi perut, dan slip dari menghadapkan lidah ini "tentara" sebagai kepalsuan, tidak mengambil detektif terbesar di dunia untuk menyadari serangan ini tidak disetujui oleh Jenderal Thunderbolt Ross, tetapi oleh Joker.

Ketika senjata gamma pembentuk memerintahkan Joker untuk jack tidak menyembuhkan teka-teki, ia memutuskan ia membutuhkan kekuatan gamma mentah Hulk untuk mengurangi rasa sakitnya. Padahal, seperti yang Anda duga, itu tidak butuh waktu lama bagi Hulk untuk membebaskan diri dari rakasa goo dan melarikan diri TKP. Sekarang, dengan Hulk marah pada longgar, dan ancaman seluruh alam semesta didorong untuk kegilaan, Batman dan Joker tim untuk mencari dan membujuk Hulk untuk menghadapi pembentuk, tapi tidak tanpa pertarungan antara Batman dan raksasa hijau . Ketika Hulk meninggalkan manusia lemah dan mereka "kata membingungkan" untuk diri mereka sendiri, itu kebijaksanaan orang tua (Batman menyamar seorang pria yang terlihat seperti Stan Lee. Aku tidak mengarang itu.) Dan pesona lebih dari Joker yang meyakinkanHulk untuk menghadapi pembentuk tersebut. Aku tidak akan merusak kejutan yang mengikuti untuk Anda, tapi itu jelas final yang menarik 12 halaman.

Bagian favorit saya tentang buku ini secara keseluruhan, selain dari Jose Luis fantastis seni Garcia-Lopez, adalah bahwa ini terasa seperti masalah asli baik Batman atau Incredible Hulk.Cerita, sementara mengulangi bahwa aneh sci-fi quirkiness era, merasa sangat organik. Anda benar-benar merasa seperti Anda sedang membaca Batman dan Hulk bukannya dipermudah versi mereka. Buku ini hanya menyenangkan, dan memperlakukan untuk para penggemar karakter baik.

Alice di Negeri Ajaib - Lewis Carol

Pada suatu ketika di sebuah desa, hiduplah seorang gadis muda bernama Alice. Alice adalah seorang gadis yang mandiri. Sejak kecil dia hidup bersama kakaknya karena orang tua mereka selalu berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Di desa tempat tinggalnya, Alice cukup terkenal dengan tingkah lakunya yang sedikit menyimpang. Dia adalah pemimpin kelompok berandal Forester yang kerjanya mencuri, meskipun tanpa kekerasan. Meskipun begitu, Alice tetap dikenal sebagai gadis manis yang baik hati disana, entah kenapa.

"Kakak, aku berangkat ya!" kata Alice yang berangkat ke sekolah dengan seragam yang bisa dibilang unik dengan pita hitam lehernya.

Kakaknya yang masih tergeletak di atas kasur hanya bisa membalas, "nyem nyem nyem," dan melanjutkan tidurnya.

"Semoga nggak ada cerita aneh-aneh lagi..." gumamnya.

Alice berjalan menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh sambil bernyanyi. "C'mon let's go everybody oh we share the music, c'mon let's oh baby baby oh we share the one world."

"Hei Alice!" sapa seorang teman satu kelasnya yang menepok punggung Alice dari belakang.

"Hai! Tumben pagi," jawab Alice sedikit meledek sambil menepuk punggung temannya.

"Huuh~ kan aku nggak separah itu~" katanya dengan termanyun-manyun.

"Yah, apapun deh... Hm?" Alice melihat segerombolan orang berdiri di depannya.

"Akhirnya kutemukan kau, boss Forester, Alice si Lihai!" kata salah seorang preman yang memakai bandana merah. Alice dan temannya terliht ketakutan. Kalau Alice tentu saja pura-pura. Tapi karena preman tadi sudah menyebut namanya, dia langsung bersikap biasa.

"Ikut dengan kami!" kata si preman berbandana merah.

Alice menatap para preman tersebut dengan tatapan nanar. "Apa boleh buat, ayo kita cari tempat sepi," kata Alice meninggalkan temannya.

"Alice, kamu mau kemana!?" tanya temannya panik.

"Tenang saja, kau pergi ke sekolah saja duluan," kata Alice sambil tersenyum dan berjalan ke arah kebun. Para preman itu pun mengikutinya dengan wajah yang bisa dibilang takut dan berjalan dengan kaki bergetar. Setelah sekitar tiga menit berjalan, mereka pun berhenti.

"Nah, apa mau kalian?" tanya Alice yang mendadak auranya berbeda dengan yang tadi. Tatapannya saja mampu membuat membuat beberapa dari mereka tidak berani berkata-kata.

"Dalam kesempatan ini, biarlah kami, geng Black Spiders menjatuhkan anda!!!!" kata preman berkalung besi berbentuk tengkorak sambil berlinang air mata. Setelah mengambil banyak napas dalam, mereka menyerang Alice secara serentak. Alice hanya tersenyum. Dalam sekejap, mereka sudah tumbang.

"Lemah.." ucap Alice dan langsung membalikkan badannya.

"Kau terjebak!" Mendadak salah satu dari mereka berdiri, yang punya tato tengkorak di kepalanya, kemudian membacakan mantra sementara yang lain menggelepar sambil sesekali membacakan mantra tersebut. Setelah selesai membaca mantra yang terdengar bodoh itu, orang-orang itu pun pingsan.

"Dasar orang-orang bodoh." kata Alice dengan ekspresi bosan dan meninggalkan mereka. Alice berjalan pergi dari kebun itu. Sudah lima menit dia berjalan, tapi pemandangannya tetap sama. Rasanya seakan berjalan di tempat.

"Kok rasanya ada yang aneh ya?" kata Alice yang merasa heran. Perlahan, ia baru teringat soal preman-preman tadi.

"Hah!?" Dia menengok ke belakang tapi tak ada siapa-siapa. Alice mencoba untuk menenangkan diri dengan berpikir.

"Inikah hasil mantra-mantra tadi? Menarik!" katanya pelan sambil tersenyum seakan menerima tantangan.

"Menarik ya~?" tanya sebuah suara yang tidak diketahui asal-usulnya.

"Siapa kau?" tanya Alice yang terkejut mendengarnya dan menoleh ke sekeliling.

"Kau boleh sebut aku apapun, toh itu tidak akan mengubah fakta kalau kau sedang tidak di dunia asalmu," kata suara itu.

"Hm? Ini dimana?" tanya Alice lagi.

"Hahahahahha!!!! Kau akan segera tahu!" kata suara itu dengan lantang.

Mendadak pemandangan di sekitar Alice menjadi hitam semua, seperti kulit telur yang retak lalu pecah. "Eh? Eh?" Jelas saja dia panik.
"Kau takut ya?" ledek suara itu.
"Tidak, aku hanya kaget," kata Alice. Keringat dingin membasahi wajahnya.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Alice yang mencoba untuk tenang.

"Tidak ada, aku hanya bertugas mengantarkanmu saja..." jawab suara itu.

"Kemana?" tanya Alice lagi. Keadan pun hening.

"Kebanyakan tanya kau!" Mendadak ada sebuah tangan putih melesat ke arah Alice.

"Wawawa!" Alice yang panik terhisap ke dalam tangan itu.

"Bukalah matamu..." ucap suara itu. Alice membuka matanya.

"Dimana ini?" Alice melihat sekelilingnya, yang ada hanya warna putih bersih.

"Nih!" Entah dari mana, di depan Alice muncul sebuah bom kecil yang sumbunya terbakar.

"Eh?"

BUM! Meledak sudah bom itu.

"Uhuk uhuk! Apa-apaan sih!?" Ketika Alice membuka matanya, yang ada di depannya adalah pemandangan yang asing nan menakjubkan. "Apa-apaan tempat ini?"
 
 

Dwilogi Padang Bulan - Andrea Hirata

Selain kupersembahkan untuk Pulau kecil tempat aku lahir, Belitong dan masyarakatnya yang unik, novel ini terutama sekali kupersembahkan padamu Kawan, pembaca novel-novelku. Tanpamu, semuanya tak berarti.

Aku tahu, novel terakhirku sebelum Dwilogi Padang Bulan ini: Maryamah Karpov, telah membuatmu sedikit garuk-garuk kepala. Sudah tebal, khayalannya melantur sana-sini, kisahnya tak selesai pula. Judulnya Maryamah Karpov, tapi tak ada kisah Maryamah Karpov. Dan aku maklum. Bahkan sebelum novel itu dulu selesai kutulis, aku sudah bisa memperkirakan reaksi pembaca.

Namun Kawan, sesudah engkau membaca Dwilogi Padang Bulan, kuharap dirimu paham pula mengapa aku menulis Maryamah Karpov begitu rupa. Karena, tanpa memahami kekhasan dan keeksentrikan sosiologi dari mana aku berasal, barangkali akan agak susah menerima bahwa sedikit banyak Dwilogi Padang Bulan inspired by a true story.

Maka yang kulakukan di dalam Maryamah Karpov adalah menggambarkan cultural landscapedan moralitas sebuah masyarakat di mana kemudian di atasnya kuletakkan kisah Dwilogi Padang Bulan. Ini adalah desain yang sangat sengaja sesuai dinamika kreativitas.

Melalui pemahaman ini, mudah-mudahan dirimu dapat melihat Maryamah karpov dengan cara yang berbeda, dan ketika menyandingkan Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di dalam Gelas, lalu membacanya secara berurutan, akan mendapat kesan yang baru tentang Maryamah Karpov.

Saat mempersiapkan ketiga novel itu, aku menjadi tergila-gila pada riset budaya. Sekarang aku berterima kasih, padahal dulu aku suka menggerutu, mengapa untuk kuliah teori ekonomi, mata kuliah budaya diwajibkan bagi kami-di Sheffield Hallam University-untuk diambil selama 2 semester. Pun aku telah terkantuk-kantuk mendengarkan ceramah DR. Hofstede- yang metodologinya banyak kupakai untuk riset novel ini-sekarang, aku menyesal.

Riset untuk menulis dwilogi Padang Bulan telah menyita waktu hampir 3 tahun. Satu tahun sendiri habis untuk berkomunikasi dengan pengajarku dulu tentang cara memodifikasi teori Hofstede –sebuah teori yang aslinya dibuat untuk riset corporate culture-dan terutama apakah modifikasi itu secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Hasil riset itu adalah bertumpuk-tumpuk data setinggi dada, dan bagaimana membunyikan data itu menjadi novel-sebuah karya sastra, kembali membuat kepala pening.

Sebab, aku yang tak tahu menahu soal sastra ini, tiba-tiba paham, bahwa riset bukan melulu ditujukan untuk mencari bahan yang akan ditulis, namun untuk menemukan dan menentukan apa yang tidak akan/tidak mau/tidak boleh ditulis. Bahwa hanya dengan menulis sesuatu tentang orang kecil, sesuatu yang memarahi pemerintah, sesuatu yang begitu surealisnya sampai tak seorangpun mengerti maksudnya-termasuk penulisnya sendiri, dan hanya dengan merubah kata cinta menjadi renjana, sedih menjadi nestapa, dan maling menjadi bramacarah, apakah serta merta dapat disebut sastra?

Riset itu, juga tiba-tiba membuatku paham bahwa menulis buku yang bagus sesungguhnya sangat tidak gampang. Lalu sampailah aku pada satu kesimpulan, bahwa sastra tak ubahnya sepak bola, semua orang pandai membicarakannya, semua orang pandai berkomentar. Dan begitu mudahnya seseorang dapat menyitir perkataan sastrawan besar pada masa listrik belum ditemukan manusia, lalu melemparkannya ke sebuah forum, agar ia tampak lihai. Nyatanya, amat sedikit orang yang benar-benar mengerti sastra. Sedih. Lebih dari itu, Argentina-tim kesayanganku telah kalah di piala dunia 2010. Pedih. Kurasa Veron musti belajar cara yang betul dalam menyundul bola.

Aku, yang masih termasuk orang yang belum memahami sastra, di akhir riset itu lalu tenggelam dalam kebingungan dan mulai dilanda keraguan apakah aku telah termasuk dalam golongan novelis, yang oleh seorang novelis Australia yang baru kukenal di sebuah festival sastra, disebut sebagai novelis kodian. Namun ia pula yang selalu menginspirasiku dengan kalimat canggihnya: let’s bloody do it! Lalu, seseorang di US Embassy menelponku dan mengatakan bahwa aku telah dinominasikan untuk sebuah program beasiswa writing di University of Iowa. Maka berbekal dua hal itu aku kemudian berani menulis Dwilogi Padang Bulan. Perkara novel ini bermutu atau tidak, nanti bolehlah kita bicarakan kalau aku sudah selesai sekolah. Sebab sekolah tiga bulan itu akan menjadi pengalaman pertamaku masuk kelas untuk belajar menulis sastra.

Akhirnya Kawan, mari kita jangan berpusing-pusing. Selamat membaca Dwilogi Padang Bulan. Nikmati, jangan pikirkan. Biarlah tugas berpikir kita serahkan pada penerbit buku. Lalu usai membacanya, cepat-cepat bercermin. Dan lihatlah di situ, di dalam cermin itu, betapa indahnya dirimu.


Download :

Novel Ilana Tan Autum in Paris

Tara Dupont, tokoh utama cerita ini, tinggal di Paris dan bekerja sebagai penyiar radio. Ayahnya seorang pemilik resto bernama Jean Danielle Lemercier. Danielle ternyata memiliki masa lalu yang sempat terlupakan, namun muncul kembali seiring dengan kehadiran seorang pria muda bernama Tatsuya Fujisawa. Jadi ceritanya jaman doeloe kala, ha2, ayah Tara sempat menjalin hubungan dengan wanita ketika di Jepang, bernama Sanae, karena suatu hal, mereka terpaksa berpisah dan lost contact, tanpa mengetahui bahwa Sanae ternyata telah mengandung anak mereka. 

Setelah Sanae meninggal, ia meninggalkan surat pada Tatsuya untuk diberikan pada Danielle. Tujuannya, supaya ayah dan anak itu bisa bertatapmuka dan saling mengetahui keberadaan satu sama lain. Nach…sebetulnya tidak ada masalah dalam hal ini, Danielle langsung menerima dan mengakui Tatsuya sebagai anaknya. Masalah terbesarnya adalah karena anaknya yang lain, Tara Dupont, ini ternyata jatuh cinta pada Tatsuya…

Tatsuya merupakan rekan kerja Sebastien Giraudeau, yang kebetulan juga teman dekat Tara. Sebelum berkenalan resmi, Tatsuya sudah beberapa kali bertemu Tara secara tidak disengaja, namun Tara tak menyadarinya. Ketika ada program dari radio tempat Tara bekerja yang isinya membacakan email-email dari penggemar, Tatsuya ikut mengirimkan email dan menceritakan isi hatinya secara terselubung pada Tara. Makin lama mereka kian dekat, namun langsung dihadang persoalan yang demikian pelik, mereka adalah kakak beradik. 

Hancur leburlah keduanya waktu mengetahui kenyataan itu. Tatsuya bahkan sampai tes DNA, dengan tujuan untuk membuktikan (siapa tau) dia bukan anak Danielle, jadi masih ada harapan untuk melanjutkan hubungan dengan Tara . Tara pun sampe sempat berniat bunuhdiri, tapi untung bisa diselamatkan. Tatsuya kembali ke Jepang, namun kemudian mengalami kecelakaan kerja yang sangat parah dan koma. Tara dan ayahnya dikontak dan segera datang…Tara membaca email-email terakhir yang ditujukan Tatsuya pada Sebastien, tentang perasaannya pada Tara…



Novel Ilana Tan Spring in London

Naomi Ishida adalah gadis blasteran Jepang - Indonesia yang tinggal dan berprofesi sebagai model di London, Inggris (Jika Anda membaca Winter in Tokyo, maka Anda dengan mudah akan mengetahui siapa itu Naomi. Ya, Naomi adalah saudara kembar dari Keiko, tokoh utama di Winter in Tokyo). Suatu ketika, Naomi mendapat kesempatan menjadi model video klip musik salah satu penyanyi terkenal asal Korea dimana ia dipasangkan dengan model tampan asal Korea juga, Jo In-Ho atau yang lebih dikenal Danny Jo. Dari mula, Naomi sudah bersikap dingin menghadapi Danny yang mencoba segala cara untuk mendekatinya. Namun, seperti juga tetesan air yang mampu membuat ceruk di karang yang kokoh sekalipun, kegigihan Danny lambat laun meruntuhkan dinding pembatas yang diciptakan oleh Naomi sehingga keduanya dapat menjalin “pertemanan” yang harmonis, meskipun kemudian ada sosok Miho yang merangsek masuk ke dalam hubungan mereka. 

Maka, terjadilah tarik ulur di antara Naomi - Danny - Miho. Hubungan mereka pun pasang surut, sebentar panas sebentar dingin. Belum tuntas persaingan Naomi - Miho memperebutkan Danny, justru hadir orang dari masa lalu Naomi yang memorakporandakan jalinan kasih yang tinggal sedikit lagi terbina. Apakah akhirnya Naomi dan Danny dapat bersatu? Masa lalu macam apa yang membuat Naomi begitu ketakutan? Apa hubungan kakak laki-laki Danny dengan masa lalu Naomi? Lalu bagaimana dengan usaha Miho memperjuangkan cintanya pada Danny? 

Tentu saja, Anda harus menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan membaca Spring in London karya Ilana Tan ini (buku seri musimnya yang terakhir-kah?). Awalnya saya tertarik pada Autumn in Paris (buku #2) yang meskipun mengecewakan tapi tidak menyurutkan niat saya membaca Winter in Tokyo (buku #3). Nah, berkat buku ketiga-nya saya justru penasaran dengan buku pertamanya, Summer in Seoul, sehingga lengkaplah tiga buku seri musim karya Ilana sudah saya rampungkan membacanya. Ternyata, masih ada satu lagi yang terbit (tentu saja, dari empat musim memang masih kurang satu lagi yang belum menjadi setting) di bulan Pebruari 2010, maka saya menyampirkan asa di ketinggian langit bahwa Spring in London akan menyajikan drama-romantis yang menggetarkan.

Namun, pada kenyataannya saya agak kecewa dengan yang ini. Lebih kecewa ketimbang sehabis membaca buku Autumn atau Summer-nya. Yang pertama kali saya soroti adalah minimnya konflik yang diciptakan Ilana di sini. Konflik yang terasa hanya tentang tarik-ulur perasaan antara Naomi dan Danny pada keseluruhan novel setebal 240 halaman ini. Hadirnya tokoh Miho untuk memberikan efek tegang cinta segitiga di novel ini justru kurang greget, karena meskipun telah jelas-jelas dinyatakan sikap Miho yang akan, katakanlah, berjuang sampai titik darah penghabisan demi mendapatkan cinta Danny, tidak dinampakkan antusiasme dan semangat kompetisi sehingga Miho terkesan selayaknya singa tanpa taring dan cakar. Terlihat gahar, padahal nggak bisa apa-apa. Beban masa lalu yang menjadi bandul pemberat bobot masalah dalam perjalanan cinta Naomi - Danny juga saya pikir kurang “boom” begitu. Jadi, ketika masa lalu itu dibongkar saya hanya bisa melongo dan bilang, “…eh, gini doank?“ 

Setiap penulis memang perlu menegaskan keunikan dan kekhasan masing-masing, dan Ilana berhasil “menyihir” fans setia-nya, setidaknya dalam seri novelnya ini, dengan menjadikan musim sebagai latar dan judul masing-masing novelnya. Ilana juga berhasil membuat keterkaitan antara satu novel dengan novelnya yang lain, meskipun cuman sekadar basa-basi belaka. Saya pikir, basa-basi itu pula yang mengikat kepenasaran dari pembaca serialnya. Pembaca yang sudah rampung dengan satu novelnya kemudian bertanya, siapa yang muncul di novel berikutnya, apakah hubungan tokoh di novel ketiga dengan tokoh di novel pertama, dan sebagainya. Hal tersebut membuat pembaca yang terhipnotis pada salah satu judul novelnya menjadi kurang lengkap jika belum menggenapi-baca kesemua musimnya. Dengan demikian, Ilana juga memperoleh keuntungan lain yaitu dapat membangun fans pembaca yang akan selalu setia menanti karya-karyanya. 

Tetapi, keunikan Ilana justru tidak dibarengi dengan ragam olahan plot dan konflik yang mengagumkan. Entah disengaja atau bagaimana, plot gampang sekali tertebak. Dua orang asing, bertemu dalam satu frame, saling menghindar, berkenalan, menjalin hubungan, dan akhirnya jatuh hati. Karakter para tokohnya pun seragam. Too perfect. Too good to be true. Lebih “ngayal” dibanding tokoh-tokoh sinetron yang sering dihujat. 

London, adalah kota impian saya. Menempati urutan pertama dalam daftar kota di luar negeri yang ingin saya kunjungi, sehingga tak heran saya sangat “berselera” dan bersemangat untuk sergera merampungkan-baca novel ini. Bayangan saya akan keindahan negeri dongeng raja dan ratu serta Harry Potter yang populer banget, apalagi dalam balutan musim semi yang sejuk, nyatanya tidak begitu terasa. Ilana terlalu sibuk membangun hubungan aneh antara Naomi dan Danny yang sayangnya juga tidak berkesan bagi saya. Maka sepanjang novel, saya hanya disuguhi jalinan cerita tentang seorang laki-laki yang mati-matian menarik minat seorang gadis yang nggak jelas maunya apa (di mata si lelaki). Sentilan masalah yang dilontarkan menjelang titik kulminasi terbongkarnya masa lalu Naomi hanya memberi efek tegang sesaat, begitu materi masa lalunya dibeberkan, saya tersenyum kecut dan jelas-jelas kecewa. Masa lalu yang biasa untuk menjadi sebuah pengungkit kejadian traumatik. 

Yang juga terlihat kurang bagus di detail adalah usaha Ilana untuk menunjukkan bahwa setting cerita ada di kota-nya Lady Di. Seingat saya hampir tak secuil pun ada kalimat dalam bahasa Inggris - yang agak janggal bagi novel urban modern masa kini- (yang beberapa kali saya tunggu, untuk sekadar mengingatkan bahwa kita sekarang ada di London). Dan, usaha Ilana untuk meng-Inggris-kan novelnya hanya dari seringnya dia mengunakan idiom “Oh, dear” yang memang khas Inggris banget. Sayang, bagi saya pribadi, konsistensi penggunaan idiom itu menjadi satu yang agak annoying akhirnya. Kelihatan sekali bahwa Ilana ingin mengesankan si tokoh ada di negeri Britania Raya. Too bad! Nggak sukses! Kalau sempat iseng, hitunglah berapa kali kata oh, dear itu muncul (catatan saya: 13 kali). 

Entah saya-nya yang sudah kadung “diracuni” infotainment di televisi/majalah/tabloid atau situs gosip sehingga saya selalu terdoktrin bahwa artis/selebritis itu paling tidak ada saja wartawan yang menguntit mencari berita sensasi tentang diri si artis. Nah, kenapa saya tidak mendapati sedikit saja sensasi glamor dari kehidupan Naomi - Danny, yang ceritanya Naomi pernah ikut London Fashion Week dan Danny yang adalah bintang iklan favorit di Korea? Oh, come on, di sini saja (baca: Indonesia) ada banyak majalah dan tabloid yang isinya artis-artis Asia timur (Korea, Jepang, China, Taiwan, Hongkong), apakah di negeri mereka sendiri mereka tidak diberitakan? Berarti mereka bukan artis yang ngetop-ngetop amat ya… 

Yang saya suka dari gaya bercerita Ilana adalah caranya mengambil point of view yang bergantian antara Naomi dan Danny, meskipun kata ganti yang digunakan tetap orang ketiga. Kadang, pada satu peristiwa diulas dari dua sudut yang berbeda, sudutnya Naomi dan sudutnya Danny. Sayang, yang seperti itu tidak konsisten dilakukan oleh Ilana. Justru tiba-tiba cara penceritaan itu dilewatkan tokoh lain yang sebelum dan sesudahnya hanya mempunyai porsi figuran/cameo belaka. Satu hal yang juga tidak masuk dalam takaran selera saya karena dengan demikian sang narator menjadi plin-plan, suatu ketika serba tahu, di lain kesempatan berpura-pura misterius. Nggak banget deh!


Dialog Antara Manusia Dengan Malaikat

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, "Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Tuhan diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.


Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”.

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.

"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali, cukup berkata, 'Terima kasih, Tuhan'."

"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."

Juga, "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan, engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan, maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."

"Jika engkau masih bisa mencintai, maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa engkau lebih diberkati dari pada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa diberkatinya kita semua.

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu".

Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih.

"Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anugrah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi."

Bagaimana? Istimewa bukan? Jadi, sudahkah kita bersyukur kepada-Nya hari ini? Dengan cara apapun kita beribadah, Tuhan pasti tahu bahwa kita selalu berterima kasih atas semua karunia yang telah Dia berikan.

Cinderela

Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.

Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.


Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.

“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.

"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.

Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.

Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.

Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri tersebut.

Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang sangat bagus. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela”, kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana, Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana

Harry Potter and the Order of the Phoenix - J.K. Rowling

Ketika kami kembali bertemu Harry Potter dalam instalasi terbaru dari seri populer, ia adalah individu yang berubah. Dia lebih tua, ya - sekarang lima belas - tapi ada sesuatu yang lain yang berbeda tentang dirinya juga, ia adalah lebih kasar, lebih penuh amarah. Seorang pemuda yang

"Dikonsumsi dengan kemarahan dan frustrasi, grinding gigi dan mengepalkan tinjunya ..."
Dan, berani dikatakan, seorang pemuda yang kini sedikit menjengkelkan.
Kami bertemu Harry lagi berbaring di balik semak hydrangea, sendirian, untuk melarikan diri dari jeritan bibinya Petunia dan Paman Vernon. Setidaknya mereka tidak berubah. Anak mereka, Dudley, juga lebih tua dan sekarang, tidak diketahui orang tuanya, sedikit lebih dari penjahat lingkungan.

Harry marah, ia merasa bahwa ia sedang diabaikan oleh teman-temannya dan dengan mentornya, Dumbledore. Ia juga takut, karena bekas luka yang terkenal adalah bertindak Facebook, paining dia, dan ia takut bahwa Voldemort yang mengerikan akan membuat kemunculan nya. Sesuatu yang akan terjadi, sesuatu yang buruk. Harry berbaring di balik semak, di bawah jendela yang terbuka rumah pamannya, mendengarkan di televisi, menunggu kabar tentang apa yang "sesuatu" harus berbicara tentang di berita malam, ketika tiba-tiba ada retak keras. Suara seseorang Apparate. Harry, bahaya mencurigai, menarik keluar tongkatnya. Bahaya datang kepadanya tetapi dalam bentuk pamannya, yang, juga mendengar suara itu, tampak luar dan melihat Harry, tongkat di tangan. paman Nya menjangkau dan meraih dia. Mereka berjuang sampai Harry membebaskan dirinya sendiri. Kemudian mereka berdebat sampai Harry berjalan pergi. endis Argumen dengan pamannya menyatakan, "Kami tidak bodoh, kau tahu" dan Harry menanggapi dengan penghinaan, "Yah, itu berita baru bagi saya." Bagian dari Harry benguk baru.

Tak lama kemudian ia bertemu Dudley, dan segera itu adalah Harry yang memprovokasi Dudley bukan sebaliknya (seperti yang saya katakan, bukan Harry sama). Segera kedua anak diserang oleh Dementor, dan diselamatkan hanya oleh Harry menggunakan tongkatnya - fakta A yang akan segera mengancam Harry dengan pengusiran dari sekolah, karena hal itu bertentangan dengan aturan untuk menggunakan sihir di depan manusia.

Ketika ia akhirnya kembali ke Hogwarts, ia belajar bahwa ia telah menjadi korban dari suatu kampanye kotor yang sedang berlangsung. Koran dibaca oleh penyihir telah menjalankan cerita merendahkan prestasinya dalam memerangi Voldemort, menyebut mereka membayangkan cerita dari mencari perhatian dan mungkin gila anak muda. Kampanye ini bekerja, untuk banyak siswa sekarang melihat Harry seakan dia merupakan bug jelek yang mungkin tiba-tiba melompat di kerah baju mereka, mereka berbalik dan menggigit pada leher. Hal ini meningkatkan kecemasan Harry dan ia menemukan kesulitan untuk bergaul bahkan dengan teman baiknya, Ron dan Hermione. Ada banyak mendesah dan menggerutu di antara mereka.


Oskep Indonesia ~ Arswendo Atmowiloto

Oskep adalah sebutan di kalangan Preman yang paling mengerikan. Oskep atau Spion atau es-pe adalah kata lain dari pengkhianat, julukan bagi penjahat yang bekerja sama menjual informasi kepada tikus, alat negara. Yang gawat tuduhan ini bisa dilontarkan dengan bukti yang samar penjahat kambuhan yang tak ikut tertangkap, yang pernah bercakap dengan alat negara, yang lebih berada dari es-nya. Hukumannya adalah lewat. Baik ketiak sedang di jalan umum, sedang mandi atau bahkan ketika dalam penjara pun diuber.
Oskep merupakan novel Arswendo Atmowiloto yang pertama kali ditulis di dalam penjara, ketika diizinkan mengunakan mesin ketik untuk menyusun pembelaan dalam sidang pengadilan.



Oskep Indonesia ~ Editor By. I-One

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: