Loading

Misteri Kehadiran Arwah - Bois

Branden terpaku melihat istrinya. Dilihatnya wanita itu tampak begitu cantik. Rambutnya yang sepinggang dibiarkannya tergerai. Gaun cokelat yang dikenakannya pun tampak begitu serasi. Kini Wanita itu duduk di sebelah Branden seraya meletakkan koper besar yang dibawanya. Koper itu diletakkan di lantai teras, bersebelahan dengan tempat duduknya.

"Kau cantik sekali, Sayang..." puji Branden seraya mengecup kening istrinya dengan mesra.
"Terima kasih, Bran!" ucap Yana seraya tersenyum.
"O ya, pukul berapa bismu akan berangkat?" tanya Branden.
"Pukul 10.30 WIB," jawab Yana.

Branden melirik arlojinya, dilihatnya jam baru menunjukkan pukul 9.00 WIB. "Ngomong-ngomong, kapan Nak Jodi akan menjemputmu?" tanyanya kemudian.
 "Sebentar lagi," jawab Yana singkat.

Pada saat itu, putri mereka yang bernama Rani Dewina datang membawa tiga cangkir teh dan langsung meletakkannya di atas meja. Bersamaan dengan itu, sebuah sedan biru metallic tampak memasuki pekarangan dan berhenti persis di muka rumah. Pengemudinya yang bertubuh tegap terlihat turun seraya tersenyum kepada keluarga Branden.

Dialah Jodi Darmawan, pemuda tampan yang akan menjemput Yana. Sejenak pemuda itu melihat ke sekelilingnya—memperhatikan pekarangan yang tampak begitu asri, lalu dengan segera pemuda itu menghampiri mereka. "Selamat pagi, Pak, Bu!" ucapnya seraya berjabatan tangan dengan keduanya.
 
"Selamat pagi, Nak Jodi! Mari, Nak! Silakan duduk dulu!" tawar Branden ramah.
"Iya, Nak. Kita ngobrol-ngobrol sebentar. Masih ada cukup waktu kok," timpal Yana seraya memandang pemuda itu sambil tersenyum tipis, kemudian pandangannya segera beralih ke arah Rani.
"Nak, sana ambilkan minum!" pintanya kepada gadis itu.

Rani yang sejak tadi berdiri di samping ibunya langsung bergegas ke dapur. Sementara itu, Jodi, Branden, dan Yana sudah duduk kembali. Kini mereka tengah berbincang-bincang, mengisi suasana ceria yang tampak menyelimuti keluarga itu. Beberapa menit kemudian, Rani sudah kembali. Setelah menyuguhkan minuman yang dibawanya, dia pun ikut berbincang-bincang.
 
Tak terasa 30 menit telah berlalu. "Wah, sudah pukul 9.30. Ayo, Nak Jodi! Sudah saatnya kita berangkat," ajak Yana tiba-tiba.

Jodi melirik arlojinya, "Iya benar. Kalau begitu... mari, Bu!" ucap Jodi seraya beranjak bangun dan bergegas membawa koper Yana ke mobil. Pada saat yang sama, Yana langsung berpamitan dengan suami dan putrinya, kemudian menyusul Jodi dan duduk di jok belakang. Bersamaan dengan itu, Branden dan putrinya tampak melambaikan tangan—melepas kepergian orang yang begitu mereka cintai. Saat itu, Yana pun segera membalas lambaian mereka sambil tersenyum lebar.

Kini Jodi dan Yana sedang dalam perjalanan, keduanya berbincang-bincang dengan begitu
akrabnya. Membicarakan soal kuliah Jodi dan mengenai hubungannya dengan Rani. Lama mereka berbincang-bincang, hingga akhirnya mereka tiba di terminal Lebak Bulus.

Kini mereka sedang melangkah ke ruang tunggu terminal. Setibanya di tempat itu, tiba-tiba Yana menghentikan langkahnya. "Nak Jodi, kau tunggu di sini ya! Ibu mau ke toilet sebentar," pamitnya kepada pemuda itu.

Jodi mengangguk, setelah itu dia duduk di kursi yang berada dekat tiang penyangga.
Beberapa menit kemudian, Yana sudah kembali, saat itu dia melihat Jodi sedang berbicara melalui HPnya.
 
Ketika Yana hendak menemuinya, tiba-tiba dia menangkap pembicaraan yang membuatnya sangat penasaran. Yana pun tidak segera menemui pemuda itu, dia justru berdiri di balik tiang penyangga untuk mendengarkan pembicaraan itu lebih lanjut. 

Lama juga Yana mendengarkan percakapan Jodi yang bicara lewat HP, hingga akhirnya...
"Ya… iya… terus...? ...baiklah kalau begitu! Aku janji, besok pagi aku pasti pulang ke Tokyo. Sudah ya! Bye…" ucap Jodi seraya memutuskan  sambungan dan segera menyimpan HP-nya.
 
Sementara itu, Yana masih berdiri di tempatnya, dalam hati dia terus bertanya-tanya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia bergegas menemui pemuda itu.

"Maaf ya, Nak Jodi! Ibu agak lama," ucapnya kemudian.
"Tidak apa-apa kok, Bu. Mari...!" ajak Jodi seraya mengangkat koper yang tadi diletakkannya.
 
Tak lama kemudian, keduanya sudah tiba di bis yang akan mengantar Yana.
"Terima kasih ya, Nak. Kau sudah mau mengantarkan Ibu," ucap Yana seraya tersenyum ramah.



( Password : Novel I-One )


Artikel Terkait:

9 komentar:

June 14, 2012 at 1:34 PM Unknown said...

NIce POst sob , ijin sedoot ya :D

June 14, 2012 at 10:55 PM yaheu said...

seruu gann,, asiik nii

June 15, 2012 at 1:42 PM riko yudiansyah said...

mantab,,,
thanks infonya gan.

www.cerita-ku.com

June 15, 2012 at 6:45 PM ICAH BANJARMASIN said...

Seandainya ada yang ngirimin tuh buku seneng banget dahh...hahahhahyyyyy

June 16, 2012 at 5:32 PM Burinik.com said...

kayanya serem, gak berani download achhh
nanti malah mimpi buruk
he :)

June 17, 2012 at 12:09 AM Unknown said...

wkwkwkkw

mantaapp ne , ijin sedot gan ,, :D

June 18, 2012 at 10:36 PM Nurfani said...

Hiiii ngeri gan sumpah. Benar benar terlaris.
zayaps.blogspot.com

June 20, 2012 at 2:33 PM Ghani said...

mantap cerita ny,,,
nice post,,

June 29, 2012 at 8:25 AM BRI Jakarta Veteran said...

ijin download sahabat & thanks ya

Post a Comment

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: