Loading

Pertemuan Maut Di Kutub Utara - Alistair Maclean

Walaupun kabut sudah mulai turun dan,agak mengganggu penglihatan saya, tapi saya yakin bahwa yang sedang mendatangi saya itu adalah Letnan Kolonel James D. Swanson dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Dialah komandan dan sebuah kapal selam yang paling mutahir dan paling hebat. Dari garis-garis yang tampak di sekitar mata dan mulutnya, saya mendapat kesan bahwa dia adalah seorang pria yang menyenangkan, tapi saya rasa bukan sifat itu saja yang memungkinkan ia menduduki jabatannya yang sekarang. Matanya itulah. Dia memiliki sepasang mata yang berwarna keabu-abuan. Mata yang paling jernih dan yang paling dingin, yang pernah saya temui. Ketika dia berhenti di’ hadapan saya, ditelitinya wajah saya dan kemudian matanya menatap sehelai kertas yang dipegangnya. Dari matanya itu saya yakin bahwa dia sudah menarik sebuah kesimpulan.

“Maaf, Dr. Carpenter,” katanya dengan suara tenang dan ramah, tapi saya tak mendengar adanya rasa sesal dalam permintaan maafnya itu. Dilipatnya kertas tilgram itu dan dimasukkannya kembali dalam sampulnya. “Maaf saya tak bisa menerima tilgram ini sebagai suatu perintah resmi ataupun menerima anda sebagai penumpang di kapal ini. Saya harap anda tidak salah faham, karena saya rasa andapun mengerti bahwa saya harus mentaati peraturan yang berlaku.”

“Perintah resmi?” Saya keluarkan lagi tilgram itu dan saya perlihatkan tanda tangan yang tertera di sana. “Apa anda kira ini tanda tangan seorang kacung di Markas Besar Angkatan Laut Inggris?”

Ini memang tidak lucu. Kami bertatapan lagi, rupanya saya telah salah mengartikan garis-garis yang nampak di wajahnya itu, dan dengan tegas dia berkata lagi,

“Laksamana Nelson adalah komandan Nato bagian Timur. Ketika saya bertugas pada Nato, saya memang bertanggung jawab padanya. Tapi sekarang, saya hanya bertanggung jawab pada Washington saja. Jadi, sekali lagi, maaf Dr. Carpenter Dan mengenai tilgram itu, kalau boleh saya jelaskan, anda bisa saja menyuruh seseorang untuk mengirim tilgram yang demikian dari London. Bahkan sandi angkatan lautnyapun tak ada sama sekali.” 

Dia memang tak salah, itu bisa saja terjadi, tapi curiganya itu sudah keterlaluan. “Kalau anda tak percaya, anda boleh menceknya melalui pesawat radio anda, Komandan.”

Boleh juga,” katanya menyetujui usul saya tersebut. “Tapi tak akan ada bedanya. Hanya warga- negara Amerika tertentu saja yang diijinkan naik kapal ini, dan perintahnyapun harus langsung dari Washington.” 
 “Dari Panglima Tertinggi Angkatan Laut atau dari Laksamana Laut Atlantik?” Dia mengangguk, perlahanlahan, berspekulasi, dan saya melanjutkannya: “Silahkan hubungi mereka melalu pesawat penghubung anda, dan mintalah agar mereka menghubungi Laksamana Hewson. Waktunya sudah mendesak sekali. Komandan.” Seharusnya saya menambahkan bahwa salju sudah mulai turun dan saya sudah mulai kedinginan, tetapi saya membatalkannya.

Dia berpikir sejenak, mengangguk-angguk, lalu berbalik dan melangkah menuju pesawat tilpon di sudut dok. Pesawat tilpon itu dihubungkan melalui kabel ke kapal selam di bawah kami. Sesaat dia berbicara dengan suara yang tetap rendah, lalu diletakkannya tilpon itu kembali. Tak beberapa lama, muncullah tiga orang perwira menuju kami. Komandan mendekati perwira yang bertubuh paling tinggi, kemudian dia memperkenalkannya pada saya.

Pengen tahu cerita selanjutnya silahkan Download :

( Password : Novel I-One )




Artikel Terkait:

3 komentar:

March 11, 2012 at 10:13 PM Hujan Deras said...

masalahnya ane gak doyan yang namanya novel, gimana tuh

March 12, 2012 at 11:47 AM kangFarhan said...

kelihatannya bagus nih novel bang...saya coba baca ahhh
makasih ya sob

March 18, 2012 at 11:21 AM Yulius Takeda said...

Nice infonya gan,,

Kunjungi balek dan komen artikel ini yah

Cara membuat otot tubuh six pack dengan cepat

Post a Comment

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: