Loading

Komik : Tarzan

Buat yang kepingin nostalgia ini ada kumpulan komik Tarzan. langsung download saja ya.
Ada sekitar dua puluhan komik, lumayan buat hiburan.

Komik terbitan Marvel ini berkisah tentang seorang bayi yang tertinggal didalam hutan. Sang bayi ini kemudian diasuh oleh induk kera.

Pengin baca lebih lanjut ?

Download saja ya :

Kumpulan 31 Cerita Rakyat Indonesia

Kumpulan Cerita Rakyat Lengkap : 31 cerita rakyat Indonesia: Sangkuriang, LEGENDA CANDI PRAMBANAN, Aryo Menak, Si Lancang, Terjadinya Danau Toba, Si Sigarlaki dan Si Limbat, Aji Saka, Arti Sebuah Persahabatan, Batu Golog, Bende Wasiat, Buaya Ajaib, Asal Usul Danau Lipan, Buaya Perompak, Cindelaras, Kancil si pencuri Timun, Kelelawar Yang Pengecut, Keong Mas, Kera dan Ayam, Kera Jadi Raja, Kutukan Raja Pulau Mintin, La Dana dan Kerbaunya, Laba-laba, kelinci dan sang bulan, Loro Jonggrang, Lutung Kasarung, Malin Kundang, Manik Angkeran, Pak Lebai Malang, Puteri Junjung Buih, Raja Parakeet, Si Pahit Lidah, Si Pitung.



All About Prom Nite

Dari judul bukunya aja udah ketebak isinya kan? Saatnya men-judge a book by it's cover! Deket-deket tahun ajaran baru kayak sekarang, pastinya banyak sekolah yang lagi ribet nyiapin prom night. Belum tahu mau ngapain aja? Buku ini kayaknya bisa jadi panduan untuk panitia, biar bisa bikin pesta perpisahan yang enggak terlupakan.

Dari mulai nyiapin tema pesta, aturan-aturan prom night, rincian biaya, sampe cara untuk dapetin MC yang bakal bikin prom night meriah pun ada. Dikemas dengan gaya bahasa bertutur, dijamin enggak akan bikin ngantuk.


Selain dilengkapi dengan tips trik bikin prom night yang berkesan, buku ini juga sangat memanjakan pembaca cewek. Gimana enggak, di sini dibahas juga cara bikin lulur. Enggak ketinggalan juga tips untuk menikur-pedikur. Sori lho, buat pembaca cowok. Kayaknya enggak banyak yang bisa diambil dari buku ini. Sayang banget, padahal prom night kan bukan hanya ajang untuk unjuk gigi cewek-cewek, kan?

Bentar lagi mau prom night tapi masih blank? Coba baca buku ini, kali aja ada beberapa ide yang bisa dijadikan pilihan!


Ketika Anak Sulit Diatur - C. DREW EDWARDS

Sebagian anak benar-benar membuat kita tertantang dibandingkan anak-anak lain. Jika Anda sedang mengasuh salah seorang anak dengan permasalahan perilaku, buku ini sangat tepat untuk Anda. Psikolog Klinis dan Orangtua, C. Drew Edwards, memberikan tips-tips, keterampilan serta informasi yang Anda butuhkan untuk mengidentifikasi, menunjukkan, serta memperbaiki masalah perilaku.Anda akan belajar:
·     Mengapa sebagian anak sulit diatur? Karena pemahaman merupakan kunci utama dalam mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik.
·    Strategi yang spesifik untuk menangani permasalahan sehari-hari dimulai dengan kekacauan di pagi hari, perjuangan saat makan, ledakan kemarahan yang seperti kebanyakan, perang pada saat mengerjakan pekerjaan rumah, dan banyak lagi.
·    Bagaimana menjadi Orangtua yang berwenang memberikan arahan dan pembentukan, memelihara dan mendukung apa yang dibutuhkan seorang anak untuk belajar bertanggung jawab, kompeten, dan berisi?

·    Bagaimana merespons secara efektif terhadap perilaku-perilaku yang membuat Anda pusing? Dimulai dengan teknik-teknik sederhana yang bisa Anda praktikkan kapan saja sampai usaha jangka panjang yang dapat membantu keluarga Anda.
·    Bagaimana memelihara diri Anda dengan lebih baik? (mengasuh anak yang "sulit" akan sangat melelahkan!)
Dikemas dengan informasi yang praktis, ditulis dengan penuh kewibawaan dan penuh keharuan, buku ini tempat Anda mencari nasihat, pengetahuan, dan berita-berita bagus; bahwa mengasuh anak yang sulit diatur tidaklah mustahil. Pendapat ini betul-betul terbukti.


Perahu Kertas

Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 dan sempat ‘mati suri’ selama 11 tahun ini akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada akhir 2007, menjadikan Perahu Kertas sebagai novel pertamanya yang bergenre populer. Kecintaan Dee pada format cerbung dan komik drama serial telah menginspirasinya untuk menuliskan cerita memikat ini. Perahu Kertas adalah karya Dee yang keenam sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi, dan Rectoverso.

"Mbak Dee, makasih udah bikin Perahu Kertas. Aku terharu banget, jadi ingat sama mimpi-mimpi yang tertunda. Jadi ingat sama cita-cita dan khayalan yang belum sempat diwujudkan. Ingin rasanya mengejar mimpi itu kembali. Jadi semangat lagi".



--Amazing Fietha

"Suka banget dengan karakter Kugy. Cantik, cuek, tapi untuk urusan masa depan dia rencanakan dengan baik. Bumbu ceritanya, seperti kelakuan Keshia, bikin senyum-senyum sendiri. Lainnya, jangan tanya, berkaca-kaca deh mata :) Novel yang mengharukan dan memberikan semangat untuk meraih impian".

--Dyah

"This book makes me not giving up. Aku paling suka quote: “berputar menjadi sesuatu yang bukan kita demi menjadi diri kita lagi.” That inspires me. Perahu Kertas awesome ... keren. Yang udah beli atau nebeng baca nggak bakal nyesel".


Download Perahu Kertas

Game : Petualangan Divine Kids



Merupakan sebuah Game bergenre RPG pertama buatan indonesia karya David Setiabudi yang telah secara resmi mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia). Sebuah kebanggaan besar ketika kita mampu menunjukan kepada dunia bahwa indonesia bisa memproduksi game sendiri.





Petualangannya sendiri berkisah seputar perjalanan Abe, Bambo, dan Cici melawan penyihir gelap Indra yang akan membangkitkan Iblis 1000 tahun. Ceritanya cukup menarik, petempuran seru disertai animasi dan yang pasti semua dialog menggunakan bahasa Indonesia ^_^




"Mari kita dukung terus hasil karya anak bangsa!!!"


Pengkhianatan Lembah Neraka - Stefan Wolf

Ottmar Lohmann, seorang penjahat yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia hitam, kini kembali ke kota asalnya-kota tempat tinggal anak-anak STOP. Lohmann sadar bahwa kariernya sebagai bandit sudah hampir berakhir. untuk memastikan bahwa ia tidak perlu melewatkan hari tuanya dalam kemiskinan, ia sudah menyiapkan rencana besar : pemerasan terbesar tahun ini! Lohmann bermaksud untuk mengubah sebuah mobil tangki berisi limbah beracun menjadi “Bom Berjalan”. Senjata itulah yang akan dipergunakannya untuk memeras pemilik mobil tangki tadi. Kalau tuntutannya tidak dipenuhi, maka ia akan meracuni air tanah, begitulah ancamannya.



Karena membutuhkan modal untuk melaksanakan rencananya, Lohmann merampok sebuah toko perhiasan. Ia tidak sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar.



Paket Bergambar Tengkorak - Stefan Wolf

Siang itu di Taman Bismarck, Sporty menghajar dua penjahat yang berniat merampas dompet seorang kakek yang tak berdaya. Sama sekali tak disangkanya bahwa kejadian itu membuatnya terseret ke dalam liku-liku perdagangan narkotika yang penuh bahaya.

Apa arti kantung kulit berisi sendok, kecil, geretan, jeruk nipis, dan jarum suntik yang ditemukannya, di tempat kejadian?

Teka-teki mulai terjawab ketika STOP memergoki Detlef Egge, kawan sekolah mereka, menemui seorang pria bertampang seram dan berhidung bengkok di stasiun kereta api yang membawa sebuah paket bergambar tengkorak.

Kali ini STOP harus berurusan dengan para pengedar narkotika yang tak segan menggunakan kekerasan dan menghalalkan segala cara.




Cerpen : Menu Makan Malam - Kadek Sonia Piscayanti

Sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadiIbu bersumpah untuk membangun keluarganya di atas meja makan. Ia terobsesi mewujudkan keluarga yang bahagia melalui media makan bersama. Maka, ia menghabiskan hidupnya di dapur, memasak beribu-ribu bahkan berjuta-juta menu makanan hanya untuk menghidangkan menu masakan yang berbeda-beda setiap harinya. Ia memiliki jutaan daftar menu makan malam di lemari dapurnya. Daftar itu tersusun rapi di dalam sebuah buku folio usang setebal dua kali lipat kamus besar Bahasa Indonesia, berurut dari menu masakan berawal dengan huruf A hingga Z. Ia menyusun sendiri kamus itu sejak usia perkawinannya satu hari hingga kini menginjak usia 25 tahun. Di sebelah kamus resep masakan itu, bertumpuk-tumpuk pula resep masakan dari daerah Jawa, Madura, Padang, bahkan masakan China. Belum lagi kliping resep masakan dari tabloid-tabloid wanita yang setebal kamus Oxford Advanced Learner.



Isi kepala Ibu memang berbeda dengan ibu lain. Dalam kepalanya seolah hanya ada tiga kata, menu makan malam. Setiap detik, setiap helaan napasnya, pikirannya adalah menu-menu masakan untuk makan malam saja. Makan malam itulah ritual resmi yang secara tersirat dibikinnya dan dibuatnya tetap lestari hingga saat ini. Meskipun, ketiga anaknya telah beranjak dewasa, ia tak pernah surut mempersiapkan makan malam sedemikian rupa sama seperti ketika ia melakukannya pertama, sejak usia pernikahannya masih satu hari.

Keluarga ini tumbuh bersama di meja makan. Mereka telah akrab dengan kebiasaan bercerita di meja makan sambil menikmati menu-menu masakan Ibu. Mereka berbicara tentang apa saja di meja makan. Mereka duduk bersama dan saling mendengarkan cerita masing-masing. Tak peduli apakah peristiwa-peristiwa itu nyambung atau tidak, penting bagi yang lain atau tidak, pokoknya bercerita. Yang lain boleh menanggapi, memberi komentar atau menyuruh diam kalau tak menarik. Muka-muka kusut, tertekan, banyak masalah, stres, depresi, marah, kecewa, terpukul, putus asa, cemas, dan sebagainya, bisa ditangkap dari suasana di atas meja makan. Sebaliknya muka-muka ceria, riang, berseri, berbunga-bunga, jatuh cinta, juga bisa diprediksi dari ritual makan bersama ini. Ibu yang paling tahu semuanya.

Ia memang punya kepentingan terhadap keajegan tradisi makan bersama ini. Satu kepentingan saja dalam hidupnya, memastikan semua anggota keluarganya dalam keadaan yang ia harapkan. Bagi Ibu, sehari saja ritual ini dilewatkan, ia akan kehilangan momen untuk mengetahui masalah keluarganya. Tak ada yang bisa disembunyikan dari momen kebersamaan ini. Dan kehilangan momen itu ia rasakan seperti kegagalan hidup yang menakutkan. Ia tak mau itu terjadi dan ia berusaha keras untuk membuat itu tak terjadi.

Ia tak berani membayangkan kehilangan momen itu. Sungguh pun tahu, ia pasti menghadapinya suatu saat nanti, ia merasa takkan pernah benar-benar siap untuk itu. Yang agak melegakan, semua anggota keluarganya telah terbiasa dengan tradisi itu dan mereka seolah menyadari bahwa Ibu mereka memerlukan sebuah suasana untuk menjadikannya "ada". Semua orang tahu dan memakluminya. Maka semua orang berusaha membuatnya merasa "ada" dengan mengikuti ritual itu. Namun, kadang beberapa dari mereka menganggap tradisi ini membosankan.***Jam empat pagi. Ibu telah memasak di dapur. Ia menyiapkan sarapan dengan sangat serius. Ibu tak pernah menganggap memasak adalah kegiatan remeh. Ia tak pernah percaya bahwa seorang istri yang tak pernah memasak untuk keluarganya adalah seorang Ibu yang baik. Jika ada yang meremehkan pekerjaan memasak, Ibu akan menangkisnya dengan satu argumen: masakan yang diberkahi Tuhan adalah masakan yang lahir dari tangan seorang Ibu yang menghadirkan cinta dan kasih sayangnya pada setiap zat rasa masakan yang dibikinnya. Ibu meyakini bahwa makanan adalah bahasa cinta seorang Ibu kepada keluarganya, seperti jembatan yang menghubungkan batin antarmanusia. Sampai di sini, anak-anaknya akan berhenti mendengar penjelasan yang sudah mereka hapal di luar kepala. Ibu takkan berhenti bicara kalau kedamaiannya diusik. Dan yang bisa menghentikannya hanya dirinya sendiri.

Sarapan tiba. Ibu menyiapkan sarapan di dapur. Ia menyiapkan menu sesuai dengan yang tertera di daftar menu di lemari makanan. Telur dadar, sayur hijau dan sambal kecap. Ada lima orang di keluarganya. Semua orang memiliki selera berbeda-beda. Suaminya suka telur yang tak matang benar, agak asin, tanpa cabe. Aries suka telur yang benar-benar tergoreng kering, dan harus pedas. Pisca, suka makanan serba manis. Telur dadarnya harus setengah matang dengan kecap manis dan sedikit vitsin. Sedangkan Canestra, tak suka pada kuning telur. Sebelum didadar, kuning telur harus dipisahkan dulu dari putihnya. Jika tidak dibuatkan yang sesuai dengan pesanannya, ia bisa mogok makan. Berhari-hari.

Bagaimana dengan Ibu? Ibu bahkan tak pernah macam-macam. Telur dadarnya adalah yang standar, tidak ada perlakuan khusus. Ia boleh makan apa saja, yang penting makan, jadilah.

Pukul 07.05. Telur dadar setengah matang asin, telur dadar pedas, telur manis dengan vitsin, dan telur tanpa kuning, berikut sayur hijau dan sambal kecap telah terhidang. Semua telah menghadapi hidangan masing-masing sesuai pesanan. Makan pagi biasanya tak ada yang terlalu banyak bicara. Semua sibuk dengan rencana masing-masing di kepalanya. Kelihatannya, tak ada yang ingin berbagi. Aries kini sudah bekerja di sebuah kantor pemerintah, menjadi tenaga honor daerah. Ia harus tiba di kantor setidaknya pada tujuh dua lima, karena ada apel setiap tujuh tigapuluh. Pisca harus ke kampus. Ia duduk di semester tujuh kini. Tampaknya sedang tak bisa diganggu oleh siapa pun. Wajahnya menunjukkan demikian. Mungkin akan bertemu dengan dosen pembimbing atau entah apa, tapi mukanya keruh. Mungkin banyak persoalan, tapi Ibu cuma bisa memandang saja. Sedang Canestra masih di SMA. Ia tampak paling santai. Tangannya memegang komik. Komik Jepang. Makan sambil membaca adalah kebiasaannya. Sang Bapak, duduk diam sambil mengunyah makanan tanpa bersuara dan tanpa menoleh pada yang lain. Pria yang berhenti bekerja beberapa tahun lalu itu tampak lambat menyelesaikan makannya. Ia menikmati masakan itu, atau tidak peduli? Tak ada yang tahu.

Satu per satu mereka meninggalkan ruang makan. Hanya piring-piring kotor yang tersisa di meja makan. Ibu membawanya ke dapur, mencuci piring-piring itu sampai bersih dan mengelap meja makan. Ritual berikutnya adalah menyerahkan anggaran belanja ke pasar hari itu kepada suaminya. Saat-saat inilah yang paling ia benci seumur hidupnya. Ia benci menerima uang dari suaminya yang selalu tampak tak rela dan tak percaya.

Akhirnya, memang bahan-bahan menu itu dipangkas seenak udelnya, ia tak mau tahu apa pun. Ujung-ujungnya ia cuma memberi sepuluh ribu saja untuk semua itu. Tentu saja kurang dari anggaran yang seharusnya, dua puluh ribu. Untuk itu semua, maka otomatis menu berubah; tak ada ayam bumbu rujak, tak ada capcay, yang ada tinggal perkedel jagung dan tempe. Sayur hijau, katanya, bolehlah. Yang penting sayur, dan murah. Ah…

Ibu berjalan ke pasar dengan gontai. Hari itu Jumat. Hari pendek. Anak-anak akan pulang lebih cepat dari biasa. Ia mempercepat langkahnya. Tak mudah membagi waktu, kadang pekerjaan teramat banyaknya sampai-sampai tak ada waktu untuk melakukan hal lain selain urusan dapur. Kadang ia berpikir ada sesuatu yang memang penting untuk dilakukan tapi itu akan mengabaikan urusan dapur dan itu berarti pula mengabaikan selera anak-anaknya. Itu tidak mungkin. Tak ada yang mengerti selera anak-anaknya kecuali dia.

Tapi kadang ia bosan berurusan dengan menu-menu. Ia telah mencoba semua menu yang ada di buku-buku masakan, ia telah mencoba semua resep masakan di teve, dan ia kehabisan ide suatu ketika. Ia mencatat menu-menu yang sudah pernah dibikinnya. Serba-serbi sambal: sambal goreng krecek, sambal goreng hati, sambal godog, sambal kentang, sambal bawang, sambal kecicang, sambal serai, dll. Aneka ca, semacam: ca sawi, ca kangkung, ca bayam, ca tauge, ca bunga kol, dll. Semua jenis perkedel dan gorengan kering: perkedel ketimun, perkedel kentang, perkedel jagung, pastel kentang, kroket kentang, dan seterusnya. Sampai makanan golongan menengah dilihat dari mahalnya bahan pokok semacam: babi kecap, gulai kare ayam, gulai udang, sate bumbu rujak, opor ayam, sup kaki ayam dengan jamur tiongkok, dendeng sapi, kepiting goreng. Juga serba-serbi makanan China semacam: shiobak, koloke, fuyung hai, ang sio hie, hao mie, tao mie, dan seterusnya. Daftar ini masih akan bertambah panjang kalau disebutkan serba-serbi pepes, serba-serbi urap, atau serba-serbi ikan.

Semua menu sudah dicobanya habis tak bersisa, tapi sepertinya masih saja ada sesuatu yang kurang. Ia pun lebih kerap berkreasi, satu menu masakan kadang-kadang dipadu dengan menu masakan lain, misalnya pepes tempe, gulai pakis, sate tahu, dan sebagainya. Tapi masih saja menu-menu itu terasa tak cukup untuk membuat variasi menu yang berbeda setiap harinya. Karena itulah yang akan membuat keluarganya betah dan merindukan makan malam.

Ia pernah merasa ingin berhenti saja memikirkan menu-menu itu, tapi suaminya akan berkata, "Kau telah memilih menjadi perempuan biasa-biasa saja, tidak bekerja dan melayani keluarga. Bahkan kau bersumpah akan membangun keluarga di atas meja makan, kenapa tidak kau pikirkan sebelumnya?"

Ibu merenungkan kata-kata suaminya. Ada yang salah terhadap penilaian-penilaian. Ada yang tak adil di dalamnya. Hampir selalu, yang menjadi korban adalah mereka yang dinilai, mereka yang tertuduh, mereka yang melakukan sesuatu tapi dinilai salah dan dianggap biasa-biasa saja. Tapi apa sesungguhnya yang terjadi dengan biasa dan tak biasa? Apa yang menentukan yang biasa dan yang tak biasa? Menjadi Ibu adalah sangat luar luar luar biasa. Apakah seorang ibu rumah tangga yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk keluarga lebih biasa daripada seorang ibu yang tak pernah sekalipun berpikir tentang keluarganya, meski ia punya tujuh perusahaan dan kaya raya? Lagipula, itu cuma perasaan, bukan angka-angka dalam matematika, namanya juga perasaan. Tercium bau hangus. Ibu tersentak dari lamunannya. Tempenya gosong.

Ia menyudahi goreng-menggoreng tempe itu. Lalu dengan bergegas ia menyambar sekeranjang cucian kotor, mulai mencuci. Anaknya datang satu per satu. Ibu belum selesai mencuci. Ia agak tergesa karena harus menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya. Setelah menyiapkan makan siang, ia kembali bekerja, menyelesaikan cucian.

Makan siang Ibu adalah jam 3 sore. Setelah itu, ia tidur dua jam. Sehabis jam 5 sore, sehabis tidur siangnya, ia harus menyiapkan makan malam. Sehabis makan malam, jangan kira ia selesai. Ada Bapak yang setiap hari minta dipijit, tapi setiap hari mengeluh pijitan Ibu tak pernah mengalami kemajuan. Ah…

Dia melakukannya selama sisa hidupnya. Ia berkutat dengan semua itu selama puluhan tahun, tak pernah ada yang memujinya, dan ia pun tak ingin dipuji, tapi itukah yang disebut perempuan biasa?

Suatu ketika, sebuah peristiwa datang mengusik keluarga itu.Hari itu Selasa, ketika sebuah perubahan memperkenalkan dirinya kepada keluarga itu. Aries menolak makan bersama. Ia tentu punya alasan di balik aksi mogoknya. Tapi tak ada yang tahu apa alasan Aries.

Ibu kecewa. Menu makan malamnya tak dicicipi selama tiga hari berturut-turut. Ini adalah beban mental bagi seorang Ibu. Ia bukanlah orang yang suka memaksa, tapi selalu membaca dari tanda-tanda dan suka juga menebak-nebak. Sialnya, Aries tak pernah memiliki cukup waktu untuk menjelaskan semua itu. Ia tampak begitu sibuk. Kadang ia bahkan terlihat menyibukkan diri, menghindar dari Ibu. Ia menomorduakan ritual makan malam mereka. Ibu menangis, ia merasa segala usahanya untuk membangun tradisi makan malam ini sia-sia saja. Salahkah jika ia berusaha membikin sesuatu yang kelak retak menjadi abadi? Mungkin memang salah, tapi dulu tak seorang pun cukup berani menunjukkan di mana letak salahnya, tak seorang pun tega mengecewakan Ibu. Tapi Aries, kini telah membuatnya kecewa secara nyata.

Suasana menjadi semakin keruh ketika di hari kelima, keenam dan ketujuh, Aries juga absen makan malam.Ibu bertindak. Ia masuk ke kamar si sulung, lalu, mungkin, bicara di sana. Pisca dan Canestra duduk di depan tivi, tidak mendengar apa-apa.

Satu jam kemudian, Ibu keluar dengan wajah murung, tapi dibikin agar kelihatan berseri. Ia tampak aneh."Aku tahu selama ini kita tak pernah jujur dengan makan malam itu. Satu-satunya yang jujur hanya dia. Kita semua sudah bosan, ya kan? Ibu juga. Dan mulai saat ini, tidak ada lagi kebohongan apa pun. Tinggalkan saja jika kalian memang tak setuju. Ibu juga sudah lelah memikirkan menu-menu makan malam untuk kalian. Ibu ingin merasa tidak perlu menyiapkannya untuk kalian. Ibu akan mencoba. Selamat bersenang-senang!"

Ibu terlihat enteng menyelesaikan persoalannya. Bapak menyusul Ibu ke kamar. Mudah-mudahan mereka bercinta. Ah ya mereka sepertinya tak pernah bercinta lagi sejak beberapa tahun ini. Padahal itu perlu, terutama bagi Ibu yang lelah luar biasa. Fisik dan jiwa.

Pisca menyelinap masuk ke kamar Aries, meninggalkan Canestra yang masih asyik nonton tivi. Ia sungguh ingin tahu, apa yang dibicarakan Ibu dan Aries, sehingga Ibu keluar dengan wajah aneh, murung tapi dipaksakan berseri. Pisca bertanya, "Ada apa?" Aries tak menjawab, namun tiba-tiba menangis dan menenggelamkan wajahnya di bawah bantal. Dengan sesenggukan, ia berkata, "Untuk apa lagi mempertahankan sebuah kepalsuan di depan Ibu? Salah satu dari kita semua telah mengkhianati Ibu, untuk apa lagi semua ini dipertahankan?"

Pisca menangkap ucapan kakaknya dengan jelas, namun ia tak mengerti, dan tak ingin mengerti, karena semua itu terlalu menyedihkan baginya. Apalagi yang lebih menyedihkan ketika tahu seseorang telah berkhianat kepada Ibu? Siapa pun dia, Pisca tak ingin tahu. Ia tak ingin mendendam, apalagi terhadap keluarganya sendiri. Tapi, bukankah Ibu selalu tahu apa yang terjadi? Semua pertanyaan bertumpuk-tumpuk di kepalanya.

Sesuatu yang kelak retak, yang Ibu pernah berusaha membikinnya abadi, kini sudah benar-benar retak berkeping-keping dan tak mungkin disatukan lagi. Sejak saat itu, makan malam bersama tidak rutin lagi bagi mereka. Hanya Ibu yang masih betah di sana. Sesekali Pisca atau Canestra mendampinginya. Mungkin tiba saat ketika ia benar-benar rindu makan malam bersama.

Sialnya, Bapak benar-benar tak memahami persoalan dengan baik. Ia sok bijak dan pandai. Kata-katanya sungguh tak tepat untuk menggambarkan seluruh keadaan ini.

"Benar kan, Ibumu memang perempuan biasa-biasa saja. Ia bahkan menganggap hal remeh ini sebagai kiamat dalam hidupnya!"Pisca meradang. Ia merasa Bapak yang sombong itu harus dihentikan.

"Apa yang biasa? Apa yang tak biasa? Bapak juga laki-laki biasa, yang tak bisa seperti Ibu. Bapak jauh lebih biasa dari Ibu. Ibu, setidaknya berusaha membikin tradisi agar kita tahu arti kebersamaan sekalipun di atas meja makan. Tapi lihatlah Bapak yang hanya suka mengejek tapi tak pernah melakukan apa pun, bahkan tak pernah berusaha melakukan apa pun!"

Bapak diam. Dia kelihatan tersinggung. Tapi Pisca suka dan puas membuatnya tersinggung. Pisca memutuskan untuk menemui Ibu. Ibu menyambutnya dengan senyum. Ia tahu Pisca akan berbicara soal Bapak, soal biasa dan tak biasa. Ibu mencegahnya bicara lebih dulu, "Begini. Bapak benar soal Ibu yang biasa-biasa saja. Ini sudah seharusnya. Ibu menerima semua itu, bukan karena Ibu pasrah tapi Ibu mengerti betul kalian semua dan juga persoalan ini. Ibu memang perempuan biasa, tak ingin menjadi yang tak biasa. Ibu mencintai Bapak, kalian semua. Ibu tak bisa memberi uang, maka Ibu cuma memberi kemampuan Ibu memasak, itu pun jika kalian mau menikmatinya."

"Tapi Bu, ini penghinaan. Masalah makan malam itu bukan masalah sekadar, bukan masalah remeh temeh. Sebesar itu usaha Ibu membangun tradisi kebersamaan di keluarga kita, tapi Bapak bahkan menganggapnya tak ada. Kita belajar satu sama lain di meja makan itu, kita memutuskan hidup kita di atas meja makan itu, dan ingat, ketika Bapak berhenti bekerja di kantor karena penyelewengan dana yang sangat memalukan itu, yang menolong Bapak adalah kita, juga di atas meja makan itu."

"Bapak kini sedang merasa kesepian, ia kehilangan saat-saat terbaiknya, itu hal tersulit yang pernah ditemuinya. Kita harus memahami itu."

Dari beranda, Bapak mendengar semua percakapan itu. Ia berpikir bahwa istrinya memang baik, pengertian dan sabar, tapi sungguh ia sangat biasa, dan yang terpenting, tak menggairahkan.

Artikel : Ikhlas Itu Indah

Hujan rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang pemuda telah selesai menunaikan sholat dzuhur berjamaah di masjid. Pandangannya menyapu ke arah halaman masjid, tidak jauh darinya ada seorang perempuan tua yang duduk ditengah lapangan menarik perhatiannya. Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta tolong, ingin tasnya diambilkan.

Merasa terpanggil pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil, terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Nampak keringat bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan tas kecil. Terlintas didalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.



Namun diluar didugaannya, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut, sepintas seperti marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. ‘Apa dosaku ya?’ ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa tercampur aduk.

Berkali-kali pemuda istighfar, siang itu dirinya menemukan pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena Allah. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Siang itu dihalaman masjid, pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah.

‘Dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan.’ (QS. At-Thuur : 21).

Poligami Dihujat - Abu Salma al-Atsari

Beberapa waktu lalu, penulis sempat singgah di toko buku Gramedia Basuki Rachmat Malang. Penulis sengaja datang ke toko buku ini untuk mencari informasi buku-buku terbaru, baik seputar masalah kesehatan, kedokteran, herbal maupun masalah keislaman.

Setelah berputar-putar melihat-lihat buku Agama di koridor rak buku khusus Islam –yang isinya bermacam-macam, mulai dari buku shufi, syi’i, aqlani (rasionalis), liberalis,dll- mata penulis tertuju pada sebuah buku yang judulnya sangat unik –namun menghujat-, yaitu “Poligami itu Selingkuh”, tulisan seorang psikolog yang saya ingat nama depannya adalah Dono...

Di cover depan ada gambar beberapa tokoh yang sedang ramai dibicarakan, diantaranya seorang da’i kondang yang pamornya sedang merosot saat ini ditimpa isu poligami, sedangkan di sisi lain ada gambar seorang tokoh sebuah partai besar yang terlibat skandal video mesum yang menyebar di ponsel.



Karena penasaran, akhirnya penulis pun membuka-buka buku tersebut untuk mengetahui apa isi buku tersebut. Setelah melihat sekilas isinya, tampak sekali bahwa penulisnya ini sangat anti dengan yang namanya poligami dan syariat Islam lainnya. Tidak jauh dari situ, juga ada buku-buku serupa yang banyak sekali, berbicara masalah poligami, mulai dari yang menghujat sampai yang membelanya.

Dari situ, penulis tergelitik untuk menuliskan sedikit komentar dan klarifikasi serta menyumbangkan secuil apa yang penulis fahami dan ketahui, dalam rangka untuk membela syariat Islam dan sunnah Rasulullah ­Shallallahu ‘alaihi wa Salam –bahkan sunnah para Nabi dan Rasul-.

Penulis di sini tidak akan banyak berbicara tentang sisi istidlal (penggalian dalil) dari al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shahihah (hadits yang valid/autentik) atapun penjelasan para ulama salaf dan kholaf. Karena buku-buku yang membicarakan hal ini sudah banyak, baik di buku-buku yang berbicara masalah fikih, pernikahan maupun masalah poligami secara khusus.

Sepengetahuan penulis –dari iklan majalah Nikah-, al-Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullahu (staf ahli Majalah Nikah) memiliki buku yang membahas masalah ini secara khusus, yang berjudul “Poligami Anugerah Yang Terzhalimi”. Walaupun penulis belum mendapatkan buku ini dan belum membacanya, namun penulis menganjurkan kepada para pembaca untuk membacanya dan beristifadah (mengambil faidah) darinya dan juga buku-buku lainnya yang ditulis oleh para ulama dan penulis Islam yang lurus.


Kado Pernikahan Untuk Istriku

Buku ini meramu pengetahuan yang sangat di butuhkan oleh pengantin baru serta mereka yang ingin menyegarkan kembali pernikahannya agar lebih bermakna. Dikemas dengan bahasa yang lebih mengalir, lincah dan cerdas, "Kado pernikahan untuk Istriku" menjadi bacaan yang paling diminati pasangan suami - istri semenjak terbit pertama kali.

Terdiri dari tiga jendela, buku ini menghadirkan tuntunan Islam dengan penuturan yang menggugah. Jendela pertama menyajikan uraian tentang berbagai masalah sebelum menikah. Jendela kedua dimulai tentang pembahasan akad nikah. Jendela ketiga penting untuk siapa saja yang ingin memelihara cinta dan perkawinan.



**Ebook yang sangat layak dijadikan koleksi terutama bagi para pemuda atau pemudi yang akan segera menyempurnakan separuh agamanya (menikah) atau bagi pasangan yang ingin me-refresh pernikahannya sehingga menjadi lebih harmonis. Ebook versi lengkap menggunakan Bahasa Indonesia.



Cerpen : Iblis Ngambek


"Saya, atas nama Iblis, dengan ini menyatakan: mengundurkan diri sebagai penghasut dan penggoda manusia untuk berbuat dosa. Keputusan ini saya ambil dengan sesadar-adarnya, tanpa tekanan atau intimidasi, apalagi disuap oleh bangsa manusia... Perlu saya tegaskan bahwa Iblis tak mengenal suap atau korupsi. Jadi apabila ditemukan oknum Iblis mengorupsi uang negara, maka si oknum Iblis itu telah kangslupan manusia..."



Inilah buku yang berisi 15 cerpen terbaik Indra Tranggono, cerpenis dan penulis lakon dari Yogyakarta. Dengan lihai penulis mengolah berbagai kenyataan hidup menjadi karya fiksi yang akan menikam perasaan kemanusiaan kita, sehingga kita sepatutnya-jika tidak mau dikatakan harus- merenungkan kembali hal-hal yang kita anggap wajar selama ini. Tapi tak jarang pula kita ditampar dengan sindiran yang terbungkus dalam humor, sindiran khas orang Jawa. Tidak berlebihan bila Indra Tranggono disebut sebagai salah satu cerpenis terbaik Indonesia saat ini.




Komik : Topeng Kaca

Komik Topeng Kaca merupakan salah satu komik cewek favorit di jamanku dulu, namun demikian jangan salah, sebagai salah satu komik favorit, ternyata komik ini hingga sekarang belum juga tamat. Ada yang mengatakan pengarangnya sudah tidak minat lagi melanjutkan, ada yang mengatakan pengarangnya sudah meninggal, ada juga yang mengatakan komik topeng kaca ini akan diteruskan oleh anaknya.

Namun demikian yang jelas si pengarang masih hidup dan berencana melanjutkannya. Mungkin saja komik topeng kaca ini akan ditulis ulang sesuai dengan keinginan pengarangnya. Seperti apa sih komik topeng kaca itu? Baca dulu sinopsisnya sebelum mendownload ya!



Sinopsis Komik Topeng Kaca :
Manga ini bercerita tentang perjuangan seorang gadis bernama Maya Kitajima dalam meraih impiannya untuk menjadi seorang aktris di panggung teater. Dalam perjalannya meraih impian, Maya mendapatkan saingan dari seorang aktris yang sebaya dengannya, Ayumi Himekawa, putri dari aktris terkenal dan ayahnya seorang sutradara dunia.


Sejak awal Maya naik ke atas panggung telah ada seorang penggemar setia yang selalu menyemangatinya di balik mawar jingga. Di mana suatu saat akan diketahuinya bahwa penggemarnya selama ini adalah Direktur muda Daito (nama sebuah perusahaan besar), Masumi Hayami yang selama ini dianggapnya paling kejam dan dingin dalam memperlakukan semua artis.

Persaingan Maya dan Ayumi mencapai puncaknya ketika dalam memperebutkan hak pementasan Bidadari Merah (karya agung dalam dunia teater) dari aktris zaman dulu Mayuko Chigusa. Topeng Kaca juga menceritakan kisah cinta segitiga antara Maya, Masumi dan Koji, lelaki yang pernah dekat dengan Maya dan masih mencintai Maya.

Download Komik Topeng Kaca (password: topengkacaindonesia)

Artikel : Aku Bangga Punya Ayah Seorang Koruptor

Kata orang hidup adalah pilihan. Awalnya aku tak percaya kata-kata itu. Sebelum akhirnya membuktikan kebenarannya. Kebenaran tentang hidup yang ternyata bukanlah sebuah pilihan. Kenapa? karena kita sudah dipilih atau terpilih menjadi seseorang. Seperti aku ini, yang terlahir sebagai anak seorang Koruptor.

Sejak kecil, aku diperlakukan seperti anak raja. Semua yang aku butuhkan, selalu disediakan oleh kacung-kacung bergaji murah. Satu juta rupiah sebulan termasuk murah bukan? Ya, harga segitu buat keluargaku tidak ada apa-apanya kale! Whatever lah! Yang pasti, dengan gaji segitu mereka -kacung-kacung itu- selalu siap dengan perintahku. Ketika aku lapar, hidangan mewah selalu tersedia di meja bundar, yang terbuat dari kayu jati itu. Mulai dari ayam ala Kentucky sampai babi panggang. Ketika aku haus, minuman aneka rupa dan aneka rasa, berjajar di mini bar yang ada di ruang tengah.



”Yusril!” teriakku memanggil nama seorang kepala kacung yang namanya mengingatkaku pada nama seorang mantan menteri.

”Dalem, Den,” sambut Yusril sambil berlari kecil ke arahku.
Begitu jarak kami tiga meter, Yusril langsung merendahkan badannya dan memberi hormat padaku. Sebuah hormat ala Jepang. Setelah memberi hormat, ia merangkak, mendekat ke arahku. Apa yang dilakukan Yusril, memang sudah menjadi adat istiadat keluargaku sejak dahulu kala. Itulah cara Yusril dan kacung-kacungku yang lain dalam menghormati kami. Persis seperti Abdi Dalem kala menghadap paduka Raja.

Aku dan keluarga memang harus menjaga jarak dengan para kacung. Mengertilah wahai teman-temanku, strata kami berbeda. Kami ini jauh tinggi di langit, sedang mereka jauh berada di bawah bumi. Kami juga diajari untuk selalu dilayani bukan melayani. Jadi jangan heran kalo istilah ”melayani” sangat langka dalam kehidupan kami. Melayani cukup dilakukan oleh kacung. Tak ada istilah dalam lingkungan keluargaku.

Bukan cuma makan dan minum yang harus dilayani oleh kacung-kacung. Ketika aku ingin pup, seorang kacung dengan sigap menyiapkan tangannya untuk menceboki pantat kami yang ada bekas kotoran. Ketika kami ingin ML, kacung kami juga ready to search wanita-wanita yang siap untuk kami ML-kan. Termasuk menyediakan kondom-kondom aneka rupa. Ada yang rasa cokelat, stawberry, durian, mangga, pisang, jambu, sate padang, nasi gila, roti bakar edi, dan rasa-rasa lain.

”Maybe I was a bit spoiled. I made it because the circumstance that my Father used to do”.
Kelihatannya keluarga kami memang aneh. Kelihatannya apa yang kami kerjakan menyalahi formalitas yang berlaku di masyarakat. Namun itulah kebiasaan kami. Kebiasaan yang sudah menjadi sebuah format kewajaran. Oh iya, bicara soal kewajaran, buat orangtua kami, apa yang dianggap tidak wajar oleh banyak orang, justru menjadi hal yang lumrah. Misalnya, menitip fee dari pemenang tender, memberi izin Pengusaha-Pengusaha yang menebang kayu tanpa lewat prosedur, menyelundupkan hewan-hewan yang dilindungi, dan masih banyak lagi.

Beberapa kali, aku sempat mendengar Ayahku berbicara dengan Adrian Kiki Ariawan. Kenal dong siapa pria ini? Dia buronan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang tempo hari ditangkap oleh pemerintah Australia atas kerjasama dengan Kejaksaan Agung (Kejagung). Dia adalah salah satu orang berdarah dingin yang membuat Pemerintah jadi kehilangan uang. Padahal uang itu bisa dipergunakan untuk banyak hal, termasuk menyekolahkan anak-anak putus sekolah, atau memberi makan keluarga-keluarga kelaparan.

Ayahku juga sempat terlibat pembicaraan dengan tujuh Kepala Yayasan (Dakab, Amal Bakti Muslim Pancasila, Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora) soal dana Rp 1,4 triliun. Ayahku juga tahu soal korupsi dalam Tecnical Assintance Contract (TAC) antara Pertamina dengan PT Ustaindo Petro Gas (UPG) tahun 1993 yang meliputi 4 kontrak pengeboran sumur minyak di Pendoko, Prabumulih, Jatibarang, dan Bunyu yang berhasil merugikan negara senilai US $ 24.8 juta. Ayahku pun tahu penyimpangan penyaluran dana BLBI senilai Rp 138,4 triliun dari total dana senilai Rp 144,5 triliun serta penyelewengan penggunaan dana BLBI yang diterima 48 bank sebesar Rp 80,4 triliun. Last but not least, Ayahku sempat berhubungan dengan Joko S. Tjandra sebelum kabur.

Pembicaraan Ayahku dengan para koruptor itu kencang sekali. Hampir seisi rumah mendengar. Padahal pembicaraan itu sangat sensitif yang sebenarnya aku tak perlu mendengarkannya. Yang sebenarnya sangat-sangat mengajarkan hal-hal negatif. Tapi Ayahku cuek. Ayahku tak peduli apakah aku nantinya akan mengikuti jejaknya atau malah menjadi pembelot. Bayangkan, apakah wajar seorang Ayah bicara soal sogok-menyogot, tipu-menipu, bahkan bunuh-membunuh didengar oleh anak seperti diriku yang keren ini. Namun, sekali lagi, hal seperti ini sudah lumrah, sudah wajar di keluarga kami.

Mungkin Anda pikir, aku beruntung memiliki kehidupan yang luar biasa. Kehidupan yang semua manusia ingin mendapatkannya. Kehidupan yang selalu dibayangkan oleh banyak orang, dimana orang-orang ini terus mengejarnya dengan cara berkompetisi. Mungkin perasaan Anda, aku tak akan pernah merasakan kepedihan dalam mengarungi kehidupan sesungguhnya. Tak pernah ada tangis. Tak pernah ada kekecewaan. Semuanya happy. Boleh jadi benar!
Aku cukup beruntung. Ya, aku beruntung. Aku bersyukur dengan apa yang telah aku miliki, meski aku tahu harta ini didapat ini dari cara korupsi yang Ayahku selalu lakukan. Anda tak perlu tahu korupsi model apa yang sudah dilakukannya. Pokoknya aneka cara sudah dia lakukan. Dan aku tahu, Ayahku tidak akan pernah menyesal ataupun merasa bersalah, ketika apa orang yang mempertanyakan kehalalan semua harta benda tesebut.

”Ah tahu apa kalian tentang halal?” kata Ayahku suatu hari, ketika seorang jurnalis bertanya soal asal usul pendapatannya.

”Halal itu relatif! Menurut Ulama haram, kalo menurut saya halal, Anda mau bilang apa?”
Jurnalis bingung.

”Kenapa yang mendapatkan cap halal haram selalu sesuatu yang nggak penting? Rokok, misalnya. Atau soal infotainment dan yoga yang juga dianggap haram. Terakhir soal Facebook yang juga dikatagorikan haram. Aya-aya wae! Kenapa semua minuman keras tidak dicap haram di botolnya? Kenapa rumah-rumah prostitusi tidak diberikan bilboard bertuliskan haram? Masih banyak contoh lagi yang tidak bisa jabarkan satu per satu. Intinya halal haram itu relatif”.
Jurnalis mengangguk. Bukan karena mengerti, tapi makin bingung.

”Lagipula Ulama-ulama itu kan juga manusia. Mereka bisa membuat halal atau haram berdasarkan pesanan seseorang, kok! Asal ada duitnya....”

Aku memang cukup beruntung, tapi aku bosan. Aku bosan dengan kondisiku sekarang. Semua serba enak. Tak ada yang tak mungkin. Semua bisa dilakukan oleh keluarga kami. Semuanya mudah aku dapatkan. Tinggal minta, pasti tersedia. Tinggal tunjuk, semua beres. Inilah yang membuatku merasa tak ada tantangan.

Yap! Tantangan! Itulah kata kunci. Sebagai pria, aku memang butuh itu, butuh tantangan, agar eksistensiku bisa terekspos. Bahwa aku adalah survivor! Mampu berdiri dengan segala kekurangan. Bukankah aku masih menjadi lelaki jantan?

”Ayah, mulai besok saya akan kabur dari rumah ini,” ucapku pada Ayah someday and somewhere.

Aku bingung, Ayahku tak shock. Dia tak memperlihatkan kekagetan dengan ucapanku itu. Responnya dingin-dingin saja. Kok bisa? Kok seorang Ayah yang selama ini aku bangga-banggakan ternyata tidak berusaha menahanku agar tidak pergi dari rumahku. Ayah yang selama ini mengasihiku, menyayangiku, dan memanjakanku dengan aneka materi, kok cuma bereaksi dingin atas permintaanku itu. Ketidakheranan Ayahku membuatku malah semakin menggebu untuk kabur dari rumahku.

”Kapan kamu mau keluar dari rumah ini?”

”Mulai besok Ayah,” jawabku masih dalam kondisi bingung dengan sikap Ayahku.

”Kenapa nggak sekarang saja?”

Pernyataanya Ayahku itu makin membuatku terpojok. Membuat aku marah. Sebab, aku merasa kaburnya aku seperti sudah dinanti-nantikan Ayahku. Kenapa begitu? Aku merasa tak dianggap. Aku jadi berpikir macam-macam. Jangan-jangan aku bukan anak kandungnya? Jangan-jangan kasih sayang Ayahku selama ini cuma basa-basi?
”Baik Ayah! Mulai hari ini saya keluar dari rumah ini!”

Aku kabur tanpa cium tangan. Tanpa cipika-cipiki. Kalian sudah tahu jawabannya. Itu karena aku merasa direndahkan oleh Ayahku. Karena aku merasa tak dianggap olehnya. Aku sakit hati. Kata Meggy Z, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Padahal yang namanya sakit, ya tetap aja sakit. Mau sakit gigi kek, sakit hati kek, ya tetap aja sakit. Tapi aku harus kuat. Harus tegar. Bukankah ini termasuk bagian dari ujian pertamaku sebagai manusia normal yang akan kulakukan di luar rumah? Ujian pertama dari anak Koruptor yang selama ini hidup di comfort zone?

”What am I supposed to do?”

Aku belum pernah merasakan keadaan yang menyedihkan ini. Menjadi orang miskin. Tak punya uang. Tidur di bawah kolong jembatan, kehujanan, dan tanpa uang sepersen pun. Aku juga belum pernah merasakan berdesak-desakan di kendaraan umum. Saling serobot tanpa atrean. Mencium keringat anekarasa di Metromini, di Mayasari Bakti. Belum pernah mencium udara kota besar yang sudah berpolusi dan berkeringat karena terkena sinar matahari.
Kini hembusan angin menusuk-nusuk dinding tubuhku. Hari ini hujan disertai oleh angin badai.

Dingin sekali. Rasa dingin kini membuat perutku keroncongan. Aku lapar! Kenapa kok aku mulai lemah? Kenapa kok aku mulai mempertanyaakan kekuatanku menghadapi ujian-ujian ini? Padahal banyak orang yang sudah terbiasa dengan kondisi ini. Tak makan seharian. Berpanas-panasan di hujani terik matahari. Kehujanan. Lihatlah Pengemis-Pengemis itu! Mereka di jalanan tak peduli panas, hujan terus mengetuk-ngetukan kaca mobil. Tengoklah Pengamen-Pengamen cilik itu. Mereka tanpa lelah bernyanyi dari mobil ke mobil, meski tak setiap mobil memberikan uang recehan. Tapi kenapa aku kalah? Kalah dengan mereka!
”It is tough for me, because the circumstance want me to survive alone. I know I’m young that never do this way. Find money and the way to live”.

Ternyata aku bukan seorang suvivor. Ternyata aku pria yang mudah putus asa. Ternyata aku pria yang lebih suka dihormati atau dilayani layaknya raja. Lebih tepatnya gila hormat. Ternyata jauh lebih enak menjadi orang kaya dan hidup serba ada, seperti kehidupanku sebelumnya. Ngapain juga hidup bersama 34,96 juta orang miskin di tanah air ini? Najis! Dalam kondisi depresi seperti ini, aku kangen Ayahku. Aku juga kangen dengan kacung-kacungku. Kalau saja ada BlackBerry, akan kuhubungi Ayahku sekarang. Aku akan minta maaf dan mengatakan padanya:

”Ayahku yang kucinta, aku bangga punya orangtua seperti Ayah. I will always support what you do that, till dead do us part. Aku bangga pada Ayah, meski Ayah seorang Koruptor”.
 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: