
Lembu Surah alias Datuk Penghisap Darah terkejut. Cepat-cepat dia menjawab, “Jangan bertindak gila Kunti. Kita disini sebagai tamu. Jangan mengacau upacara tuan rumah. Semua orang akan gusar kepadamu!”
“Perduli setan dengan semua orang!” sahut si nenek yang memang sulit diberi pengertian. “Bukankah kita datang kemari bukan untuk menghadirin segala macam upacara kentut busuk ini. Tapi untuk mencari jejak mayat Mahesa!”
“Aku tahu alasanmu itu. Tapi bagaimanapun aku tidak setuju maksudmu naik ke panggung. Tunggu saat yang baik!”
Kuntu Kendil tidak senang mendengar kata-kata Lembu Surah itu. Namun dia terpaksa menahan diri. Seperti tetamu lainnya dia lalu memandang panggung.
Saat itu lelaki bungkuk berjubah putih yang menutup wajahnya dengan cadar hitam, tegak di atas panggung sambil angkat tangan kanannya. Kemudian terdengar suaranya. Keras tetapi hanya mengandung hasrat hati yang keras, sama sekali tidak berwibawa.
Artikel Terkait:
Novel Silat
- Ksatria Negeri Salju - Sujoko
- Pendekar Cinta - Widi Widayat
- Banjir Darah di Borobudur
- Kelelawar Iblis Merah
- Kisah Klan Otori - Lian Hearn
- Pedang Keramat Thian Hong Kiam
- Lorong Tembus Kubur - Tara Zagita
- Dewa Arak | Pedang Bintang - Aji Saka
- Wiro Wableng | Dosa yang Tersembunyi - Bastian Tito
- Hancurnya Samurai Cabul - Fujidenkikagawa
Novel Indonesia
- Riwayat Soeharto di Majalah Tempo
- Bung Karno Pejambung Lidah Rakjat Indonesia
- Sejarah Kerajaan-Kerajaan Di Tatar Sunda
- Sejarah Perkembangan Pemurnian Islam di Indonesia - HAMKA
- Gajah Mada 4 : Perang Bubat - Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada 3 : Hamukti Palapa - Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada 2 : Bergelut Dalam Kemelut Tahta Dan Angkara - Langit Kresna Hariadi
- Gajah Mada #1 - Langit Kresna Hariadi
- Kau Tak Perlu Mencintaiku - Almino Situmorang
- Rahasia Kebangkitan Rara Jonggrang - Java Joe
0 komentar:
Post a Comment