Kunti Kendil yang sejak tadi tidak tenang berbisik pada suaminya, “Surah, bagaimana kalau saat ini aku naik saja ke panggung. Menanyakan perihal muridku itu pada hadirin.”
Lembu Surah alias Datuk Penghisap Darah terkejut. Cepat-cepat dia menjawab, “Jangan bertindak gila Kunti. Kita disini sebagai tamu. Jangan mengacau upacara tuan rumah. Semua orang akan gusar kepadamu!”
“Perduli setan dengan semua orang!” sahut si nenek yang memang sulit diberi pengertian. “Bukankah kita datang kemari bukan untuk menghadirin segala macam upacara kentut busuk ini. Tapi untuk mencari jejak mayat Mahesa!”
“Aku tahu alasanmu itu. Tapi bagaimanapun aku tidak setuju maksudmu naik ke panggung. Tunggu saat yang baik!”
Kuntu Kendil tidak senang mendengar kata-kata Lembu Surah itu. Namun dia terpaksa menahan diri. Seperti tetamu lainnya dia lalu memandang panggung.
Saat itu lelaki bungkuk berjubah putih yang menutup wajahnya dengan cadar hitam, tegak di atas panggung sambil angkat tangan kanannya. Kemudian terdengar suaranya. Keras tetapi hanya mengandung hasrat hati yang keras, sama sekali tidak berwibawa.
0 komentar:
Post a Comment