Loading

Bidadari untuk Ikhwan - Fajar Agustanto

Hem, sepi sekali dikontrakan! Mungkin teman-teman masih ngisih kajian atau mengikuti kajian pikirku dalam hati. Aku merogoh saku celana, mencari kunci kontrakan. “Ini dia!” kataku. Aku buka pintu sambil berucap salam, tetap tidak ada yang menjawab salamku. Mungkin memang teman-teman masih aktif dalam kegiatan masing-masing. Biasanya kalau jam-jam tidur siang ini, teman-teman masih lebih aktif untuk berdakwah. Biasanya Yanto, Deni, Heri dan Samsul selalu pulang sore, karena banyaknya aktifitas di SKI (Sie Kerohanian Islam) fakultas mereka. Alhamdulillah kegiatanku sekarang sudah tidak sepadat seperti mereka, mungkin teman-teman mengerti kalau aku sekarang lebih disibukkan rencana untuk mengerjakan skripsi. Sehingga amanah-amanah dakwah, tidak begitu banyak dibebankan kepadaku. Dulu, saat masih banyak-banyaknya aktifitas dakwahku. Aku banyak sekali mempunyai binaan, mulai dari kajian anak-anak SD, SMP, SMA, anak-anak jalanan sampai kajian para preman yang sudah tobat. Tapi alhamdulillah sekarang lebih berkurang, sekarang aku hanya mengisi kajian ditempat para preman saja.
Pernah suatu hari, aku meminta tolong teman-teman untuk mengisi kajian para preman. Ternyata teman-teman banyak yang belum siap untuk mengembangkan dakwah dikalangan para preman. Sehingga kajian untuk para preman, masih tetap aku yang mengisi. Memang sangat unik sekali saat bertemu dengan preman-preman itu, saat-saat pertama mengenal mereka. Entah apa yang membuat para preman ini sadar, akan pentingnya mengenal Islam lebih dalam. Perjumpaan yang sangat unik, saat aku selesai mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang beruntung, aku berjalan sendirian diperkampungan kumuh itu.
Disebuah pinggiran kali, aku berpapasan dengan tiga para preman. Mereka melihatku dengan tatapan yang tajam, seakan aku adalah mangsa yang siap untuk diterkam, dan tentunya sangat lezat. Jantungku berdetak kencang, aku merasakan ketakutan saat berhadapan dengan para preman. Tak pelak aku pun beristikfar dalam hati dan meminta perlindungan kepada sang Maha pelindung. “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman (Ali Imran 175).” Aku teringat dengan apa yang difirmankan Allah, sungguh dahsyat apa yang kurasakan setelah mengingat Ali Imran ayat 175. Tubuhku seakan siap menjadi tentara Allah yang akan menghadang para segerombolan kaum Bani Israil.





Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment

 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: