Panas terik matahari, bersinar. Terlihat bayang-bayang fatamorgana didepan aspal yang aku lewati. Panas sekali. Angkot yang aku tumpangi pun, malaju dengan kecepatan yang sedang. Bagaikan menikmati hawa panas yang menyengat kulit. Apalagi aku, dengan jilbabku ini. Keringat sudah dari tadi mengalir deras ditubuhku. Tetapi, karena aku memakai pakaian yang berlapis. Dengan jilbab yang mengurai lebar dan besar. Sehingga mungkin keringatku tertahan. Dan tidak sampai membuatku menjadi terlihat sebagai pepesan akhwat. Tetapi, tidak sedikit pula keringat yang mengalir deras diwajahku. Beberapa kali orang melihatku. Mungkin, mereka berfikir panas-panas kok pakai jilbab, besar pula. Tak seberapa lama, benar juga pikirku. Seseorang ibu melihatku dengan penuh tanya.
Ibu itu mengatakan “Mbak, apa nggak gerah! Pakai jilbab yang besar seperti itu?”
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ibu itu hanya terlihat dengan senyumnya. Entahlah, senyuman apa yang diberikan ibu itu kepadaku. Mungkin senyuman rasa kasihan, karena keringat diwajahku terus mengalir deras. Tapi aku tak perduli.
Cuaca panas inilah yang menjadi pembenar. Untuk melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sang Al Haq. Dengan berbagai alasan, banyak wanita yang enggan atau tidak mau memakai jilbab. Sungguh ironis dalam sebuah agama terbesar di Negara ini. Lucu sih, alasan tidak memakai jilbab karena cuaca dinegara ini yang bersifat tropis. Padahal, di Arab. Cuacanya tidak kalah panasnya, bahkan lebih panas dibandingkan Negara ini. Tetapi toh, tidak menyurutkan para wanita yang berada di Arab untuk berjilbab.
0 komentar:
Post a Comment