Damai yang senantiasa menyelimuti tiba-tiba koyak. Lepas pelukan mimpi tidak mungkin dituntaskan karena genderang perang membangunkan isi kehidupan Majapahit. Pada sebuah fajar yang masih beku, para Rakrian Dharmaputra Winehsuka menebar tembang duka. Ra Kuti menaburkan aroma pembantaian, pemerkosaan, dan penjarahan. Kemegahan bumi Wilwatika seketika porak-poranda. Akan tetapi, tetes darah, keringat, dan air mata Gajahmada serta pasukan Bhayangkara akhirnya mampu mengembalikan kehormatan dan mempersembahkan kejayaan yang bakal terus dikenang oleh sejarah.
Gajah Mada telah mendapat informasi penting tentang akan adanya makar. Telik sandi tak dikenal terus menyalurkan beberapa keterangan penting dengan menggunakan kata sendi hingga Gajah Mada dan pasukan Bhayangkaranya yang hanya berjumlah tak lebih dari dua puluh orang, berhasil menyelamatkan Raja yang terus diburu. Gajah Mada harus menyelamatkan Jayanegara hingga ke Bedander (Bojonegoro).
Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara selanjutnya menyerang balik dan berhasil mengjungkalkan Ra Kuti dari dhampar yang bukan haknya.
Membaca buku seri pertama dari tetralogi Gajah Mada ini kita seakan-akan dibawa kembali ke kerajaan Majapahit. Di buku ini, Gajah Mada, belum menjadi seorang Mahapatih yang terkenal dengan Sumpah (Hamukti) Palapanya.
Gajah Mada masih berpangkat Bekel. Gajah Mada pada awal karirnya digambarkan disini memimpin Pasukan Khusus pengawal raja yang bernama BHAYANGKARA. Di buku ini, digambarkan bahwa pasukan Bhayangkara ini telah memiliki telik sandi atau semacam intel atau agen rahasia jaman modern.
Mereka bisa mencari informasi dan bahkan menyusup di pasukan musuh atau pemberontak. Di buku ini diceritakan Pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti beserta pengikutnya. Ra Kuti memanglah seorang yang benar-benar licik.
Ra Kuti benar-benar seseorang yang bisa memanfaatkan situasi. Di tengah pemberontakan dan perang yang terjadi di Kota Raja, Ibu Kota Majapahit, Gajah Mada berusaha menyelamatkan Raja Majapahit Prabu Jayanegara.
Di sini digambarkan juga melalui kata-kata nan lengkap tentang keadaan kerajaan Majapahit. Kita seakan-akan berada dalam suasana Kerajaan Majapahit. Perang yang terjadi juga digambarkan secara lengkap. Bahkan sampai sisi lain dari perang juga digambarkan. Sangat LENGKAP!
Di sini juga diceritakan pasukan khusus Bhayangkara, yang jumlahnya sedikit namun memiliki kemampuan yang tinggi (Ilmu Kanuragan yang tinggi). Mereka bisa memanah dengan tepat, membunuh dengan diam-diam (silent killer). Benar-benar digambarkan secara nyata.
Tokoh-tokoh yang nantinya ada di seri-seri selanjutnya juga digambarkan secara lengkap oleh penulis. Membaca buku ini tidak hanya kita mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang Majapahit.
Fantasi seorang Langit Kresna Hariadi benar-benar gila. Dia menggambarkan bagaimana strategi Gajah Mada menipu pasukan di bawah pimpinan Ra Kuti untuk menyelamatkan sang raja. Gajah Mada benar-benar digambarkan sebagai seorang yang jenius dengan strategi-strateginya oleh penulis.
Pasukan Bhayangkara juga digambarkan oleh Penulis secara komplit. Gaya penuturan yang mengalir membuat kita tidak bisa lepas dari buku ini. Kita dibuat tidak mau berhenti membaca dari awal hingga akhir.
Banyak kejutan-kejutan di dalam buku ini. Kita dibuat tidak menyangka. Gajah Mada dalam buku ini sekali lagi digambarkan pintar dan jenius.
Dia bisa memancing pembelot yang ada di dalam pasukannya, meski kondisi sangat sulit. Bahkan kita tidak bisa menebak siapa sang pembelot atau penyusup di dalam pasukan Bhayangkara.
Akhir atau ending dari buku pertama dari tetralogi Gajah Mada ini tidak akan pernah bisa kita tebak dan memang dibuat gantung.
Gajah Mada telah mendapat informasi penting tentang akan adanya makar. Telik sandi tak dikenal terus menyalurkan beberapa keterangan penting dengan menggunakan kata sendi hingga Gajah Mada dan pasukan Bhayangkaranya yang hanya berjumlah tak lebih dari dua puluh orang, berhasil menyelamatkan Raja yang terus diburu. Gajah Mada harus menyelamatkan Jayanegara hingga ke Bedander (Bojonegoro).
Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara selanjutnya menyerang balik dan berhasil mengjungkalkan Ra Kuti dari dhampar yang bukan haknya.
Membaca buku seri pertama dari tetralogi Gajah Mada ini kita seakan-akan dibawa kembali ke kerajaan Majapahit. Di buku ini, Gajah Mada, belum menjadi seorang Mahapatih yang terkenal dengan Sumpah (Hamukti) Palapanya.
Gajah Mada masih berpangkat Bekel. Gajah Mada pada awal karirnya digambarkan disini memimpin Pasukan Khusus pengawal raja yang bernama BHAYANGKARA. Di buku ini, digambarkan bahwa pasukan Bhayangkara ini telah memiliki telik sandi atau semacam intel atau agen rahasia jaman modern.
Mereka bisa mencari informasi dan bahkan menyusup di pasukan musuh atau pemberontak. Di buku ini diceritakan Pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti beserta pengikutnya. Ra Kuti memanglah seorang yang benar-benar licik.
Ra Kuti benar-benar seseorang yang bisa memanfaatkan situasi. Di tengah pemberontakan dan perang yang terjadi di Kota Raja, Ibu Kota Majapahit, Gajah Mada berusaha menyelamatkan Raja Majapahit Prabu Jayanegara.
Di sini digambarkan juga melalui kata-kata nan lengkap tentang keadaan kerajaan Majapahit. Kita seakan-akan berada dalam suasana Kerajaan Majapahit. Perang yang terjadi juga digambarkan secara lengkap. Bahkan sampai sisi lain dari perang juga digambarkan. Sangat LENGKAP!
Di sini juga diceritakan pasukan khusus Bhayangkara, yang jumlahnya sedikit namun memiliki kemampuan yang tinggi (Ilmu Kanuragan yang tinggi). Mereka bisa memanah dengan tepat, membunuh dengan diam-diam (silent killer). Benar-benar digambarkan secara nyata.
Tokoh-tokoh yang nantinya ada di seri-seri selanjutnya juga digambarkan secara lengkap oleh penulis. Membaca buku ini tidak hanya kita mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang Majapahit.
Fantasi seorang Langit Kresna Hariadi benar-benar gila. Dia menggambarkan bagaimana strategi Gajah Mada menipu pasukan di bawah pimpinan Ra Kuti untuk menyelamatkan sang raja. Gajah Mada benar-benar digambarkan sebagai seorang yang jenius dengan strategi-strateginya oleh penulis.
Pasukan Bhayangkara juga digambarkan oleh Penulis secara komplit. Gaya penuturan yang mengalir membuat kita tidak bisa lepas dari buku ini. Kita dibuat tidak mau berhenti membaca dari awal hingga akhir.
Banyak kejutan-kejutan di dalam buku ini. Kita dibuat tidak menyangka. Gajah Mada dalam buku ini sekali lagi digambarkan pintar dan jenius.
Dia bisa memancing pembelot yang ada di dalam pasukannya, meski kondisi sangat sulit. Bahkan kita tidak bisa menebak siapa sang pembelot atau penyusup di dalam pasukan Bhayangkara.
Akhir atau ending dari buku pertama dari tetralogi Gajah Mada ini tidak akan pernah bisa kita tebak dan memang dibuat gantung.
( Password : Novel I-One )
1 komentar:
Bagus nih gan novelnya ..makasih udah berbagi ijin download juga..follow sukses #493
Post a Comment