Aku ingat, surat itu tiba  waktu kami sedang sarapan. Pengirimnya pasti dari desa ini saja, dan  alamatnya diketik. Aku membuka surat itu sebelum aku membuka dua surat  lain yang berstempel pos London. Didalamnya tertempel pada sehelai  kertas kata-kata dan huruf-huruf cetak yang telah digunting dari sebuah  buku. Sesaat aku menatap kata-kata itu tanpa memahaminya. Kemudian  nafasku tersekat.
Mula-mula surat kaleng yang keji itu hanya  menyebabkan rasa takut, tapi kemudian surat-surat itu menyebabkan  kematian. Pertanyaannya adalah , siapa yang akan menjadi korban  berikutnya ?



0 komentar:
Post a Comment