Kisah ini merupakan lanjutan dari novel “Lewat Tengah Malam” (The Other Side of Midnight) yang, terus terang, aku lupa bagaimana detail ceritanya karena sudah lebih dari belasan tahun yang lalu kubaca.
Catherine yang selama ini hilang ingatan akibat trauma percobaan pembunuhan, tinggal di sebuah biara terpencil di Yunani. Sedikit demi sedikit kenangan-kenangan lama mulai menghantuinya dan ia menjadi gelisah tentang masa lalunya. Hal ini merisaukan Costa Demiris.
Constantin Demiris adalah seorang bilyuner, pencinta seni, penakluk wanita… dan pembunuh. Ia memupuk bisnisnya dari bawah, ia sadar akan kesuksesan dan kuasa yang dimilikinya dan ia memiliki ego besar. Larry dan Noelle telah dihukum mati oleh regu tembak Yunani karena membunuh Catherine, padahal Catherine tidak pernah meninggal. Costa yang mengaturnya karena dendam dan cemburu. Costa terlalu mencintai Noelle untuk merelakannya begitu saja untuk Larry. Catherine adalah istri Larry.
Bagi Catherine, Costa adalah dewa penolong yang telah membantunya membangun kembali kehidupannya. Catherine diberi pekerjaan dan kehidupan baru di London, tempat yang benar-benar asing baginya. Bagi Costa, Catherine adalah korban terakhir dari dendam yang belum tuntas terbalaskan untuk pengkhianatan yang dilakukan Larry dan Noelle. London adalah tempat yang tepat untuk menyingkirkan Catherine sementara waktu karena tak seorangpun mengenalnya disana, sementara Costa akan menggiring korbannya ini kedalam perangkap sempurna.
Novel ini bukanlah novel terbaik karya Sidney Sheldon, namun beliau selalu piawai dalam menulis novelnya dengan plot yang berliku-liku, humor yang cerdas, romansa yang seksi, tokoh-tokoh dengan karakter beragam dan kompleks, setting kota-kota dunia yang memukau, ending yang baik dan masih banyak lagi. “Padang Bayang Kelabu” juga memiliki semuanya itu.
Buku yang aku baca ini adalah terbitan lama Gramedia dari koleksiku sendiri. Aku tidak tahu pasti apakah terbitan barunya memiliki perubahan terjemahan. Yang pasti, cetakan lama ini sangat menyenangkan untuk dibaca berulang-ulang dan kisahnya jauh lebih mengasyikan bila dibandingkan dengan “Tiada Yang Abadi” (Nothing Lasts Forever, 1994) dan beberapa novel yang terbit setelahnya. Susunan lengkap novel Sidney Sheldon bisa dilihat disini.
Padang Bayang Kelabu ~ Editor By. I-One
0 komentar:
Post a Comment