PART ONE – ME AND MYSELF
Aku adalah seorang gadis yang berjuang untuk hidupku sendiri di Ibukota. Walaupun, kalau dipikir”, keluargaku masih mampu membiayai aku hidup. Tapi aku lebih memilih untuk membiayai hidupku sendiri, merasakan hasil peluhku sendiri.
Aku masih ingat semua kejadian yang membuatku memilih hidup sendiri.
“Hanna, denger yang Mas Yudi bilang….”
“Gak, Hanna pokoknya gak mau rumah ini dijual!!”
“HANNA !!!!”….Brruukkk…
Kejadian itu masih terngiang di telingaku. Kala itu, Aku harus mempertahankan apa yang Almh. Ibuku amanatkan untukku.
“Hanna, rumah ini jangan sampai dijual. Simpan semua surat – surat dan kotak perhiasan Ibu ini di bunker rahasiamu.Baca surat dari Ibu saat keadaan sudah stabil. Ibu percaya Hanna bisa.”
Tak lama setelah itu Ibu tiada. Banyak hal berkecamuk di hatiku. Sanggupkah aku?
Ketika keadaan mulai stabil, Aku teringat pesan Ibu dan bunker rahasiaku. Malam itu, aku membaca suratnya dan terkesima. Ibu meninggalkanku banyak amanat, diantaranya beliau ingin rumah tidak dijual dan menitipkan surat – surat rumah padaku. Ada sekotak kado terbungkus kertas kopi bertuliskan “Untuk Hanna” dan itu tertulis di dalam surat Ibu sebagai “Kado Pernikahan” untukku dan Ibu menginginkan agar aku membukanya pada saat aku akan menikah. Terlalu cepat dan terlalu panjang Ibuku berpikir tentang masa depanku. Seorang Hanna bisa menikah?? Apa mungkin ??
Seorang Hanna adalah gadis yang tertutup, pemurung, minder, perasa, rapuh tapi manja. Aku selalu merasa nyaman bercerita tentang segala hal pada Ibuku. Namun sejak Ibuku meninggal, aku lebih sering bercerita pada “Jurnalku” yang kuberi nama “Kintan”.
Kintan atau Jurnalku adalah sahabatku. Segala keluh kesah kuuraikan secara jujur pada Kintan. Tapi kalau aku sedang malas cerita, aku menyimpan semua itu sendirian. Sejak aku tahu rumah ingin dijual, aku berpikir betapa piciknya kakak – kakakku. Malam itu, aku putuskan menyimpan semua yang Ibu amanatkan padaku dan menaruhnya kembali dengan rapi di bunker rahasiaku. Kotak bertuliskan “Untuk Hanna” kutaruh diatas semua benda milik Ibuku. Aku mengakhiri malam itu dengan menyegel rapi bunker rahasiaku dan mengepak pakaianku karena keesokan harinya, aku ingin pergi…ya…pergi.!
Aku pergi keluar dari rumah keesokkan harinya dengan membawa apa yang aku punya, pakaian dan kintan. Berkat sahabatku, Ari, aku bisa pergi dengan mudah dari rumah. Di sepanjang perjalanan, Ari sempat menanyakan tentang apa yang terjadi. Sedang aku hanya berkomentar,
“NO COMMENT…”
Ari yang sudah lama mengenalku hanya mendengus kesal mendengar aku berkata itu dan itu berulang kali. Aku memang malas untuk menjawab tentang itu semua karena bagiku itu buang – buang waktu. Aku sedang berpikir akan hidup seperti apa diluar sana.Seorang Hanna yang….aahhh…Ari pun berpikir bahwa aku tidak bisa bertahan.
Sampai malam hari datang, hari pertamaku tanpa AC, tanpa TV, tanpa telepon, tanpa kasur empuk dan tanpa makan malam, aku berpikir untuk berubah. Aku bercerita tentang ini pada Kintan dan aku memutuskan untuk mempersiapkan “Alter Ego” ku.
Ya, Alter Ego, jati diri keduaku. Malam itu kuputuskan menamai alter egoku dengan Laras, Laras Anggun Anindya. Karakter Laras 180° berbeda denganku. Laras adalah wanita yang anggun, cantik, lembut, open minded, dewasa, easy going dan punya sifat – sifat manis lainnya.
Aku hidup dalam jati diri Laras bertahun – tahun sampai kadang aku merasa kalau aku adalah Laras, terlahir sebagai Laras bukan Hanna. Hanna sepertinya sudah hilang, terkubur disudut hatiku paling dalam dan aku seperti terbuai dengan itu semua. Sampai aku tak memikirkan apapun, bahkan KTP dengan status asal – asalan Hanna pun tak jadi masalah buatku. Aku seperti bukan Hanna, tapi sepenuhnya Laras.
Kadang aku berpikir untuk mengakhiri perjalanan Laras, tapi aku tak bisa. Laras seperti mendarah daging di dalam diriku. Kadang sifat Hanna-ku berontak tapi kuabaikan. Yang tak bisa kuabaikan hanya Kintan. Dia tetap sahabatku, baik aku Hanna ataupun Laras. Hanya pada Kintan, aku bisa jadi sosok Hanna dan Laras sekaligus. Mungkin kalau Kintan bisa bicara, dia pasti berteriak marah padaku. Hanya pada Kintan aku tuliskan syair – syair kegundahanku dan cerita – cerita hidupku. Entah cerita kegundahan Hanna yang ingin mengakhiri perjalanan Laras maupun kegundahan Laras tentang cerita – cerita cinta.
Sejak ada Laras, cinta datang silih berganti di hidupku sebagai Hanna. Tapi semua hanya selintas lalu, tidak ada yang benar – benar tulus. Hanna ingin rasakan “cinta” seperti yang dipunyai Ibu. Ibu dan ayahku adalah 2 manusia yang punya sifat yang sangat bertolak belakang. Ibu yang ceria, tak kenal kata lelah, supel, easy going, lembut namun tegas tampak seperti Laras untukku. Sedang Ayah, seorang yang punya dedikasi tinggi pada pekerjaan, tidak ngoyo, punya dunia sendiri, lembut dan tegas. Ibu dan Ayah bias berjalan beriringan sampai maut memisahkan. Cinta seperti itu yang ingin aku, sebagai Hanna miliki.
Aku ingin belajar menjadi Ibu dan laras tampak menguasai itu. Sekarang aku mencari sosok “ayah” tapi apa ada manusia yang sama seperti Ayahku???
Oke, I’ll find it but sebagai siapa?? Hanna?? Laras?? Sepertinya aku belum bisa menonjolkan sosok Hanna, diriku sendiri. Aku menjadikan Laras sebagai tamengku, tameng andalanku, untuk mencari cinta sejatiku. Aku menemukan media yang bagus untuk mencari ‘cinta’ ku itu. Internet!.
Ya, Internet!
Mungin aku bisa mencarinya lewat friendster atau facebook yang sedang booming akhir – akhir ini. Untukku yang bekerja di sebuah business centre tampak mempermudah semuanya. Aku bias online 3 kai sehari untuk cek friendster dan facebook-ku dan tampaknya, aku tidak menemukan masalah.
Masalah timbul ketika partner kerjaku sekaligus kakak angkatku, Andi, memperkenalkan aku dengan game online. Mas Andi memperkenalkan aku dengan Idolstreet dan RF Online. Namun aku terkesima dengan idolstreet yang punya tampilan char selayaknya ‘barbie’, membuat aku terhubung dengan Laras dan mengabaikan RF Online.
Di Idolstreet, awal pergaulan aku sebagai Laras dimulai. Di situ akubersahabat dengan Satria. Satria buatku sahabat selain Kintan walaupun Kintan tetap nomor wahid di hidupku. Satria membuka pintuku sebagai Laras ke pergaulannya. Sejak itu, charku yang bernama sama denganku pun mulai dikenal orang.
Sampai aku bertemu Yudha. Yudha adalah sahabat sekaligus kakak angkat Satria. Yudha yang kutahu adalah lajang, punya gamecenter mungil, baik, perhatian dan penyayang. Sejak itu aku akrab dengan Yudha, dia menjadi “couple” ku di Idolstreet. Sampai suatu ketika kebenaran terbuka. Aku sebagai Laras selalu bilang selalu bilang kalau aku bekerja di luar negeri tapi teman bermain idolstreetku tidak bias bohong dan menyembunyikan keberadaanku. Sampai terkuaklah dimana aku berada dan Yudha pun berubah.
Saat itu aku benar – benar kalut dan ingin mengetahui kebenaran dibalik sikap Yudha yang berubah. Aku dan temanku nekat dating ke tepat Yudha dan taraaaaa….Yudha ternyata buan Yudha yang ada di profil friendster-nya selama ini. Yudha adalah kakak dari laki – laki yang fotonya terpampang di friendster yang selama ini kulihat.
Motif si kakak yang memang bernama Yudha adalah ingin menjodohkan adiknya yang bernama Rian denganku. Saat itu, harapanku untuk dapatkan cinta buyar. Seolah – olah memang dunia sedang memperolok – olok Hanna dan Laras bersamaan, tidak ada yang sejati tampaknya, tulus pun tidak. Setelah aku tahu semuanya, aku sebagai Hanna hanya bias berlapang dada walaupun aku sebagai Laras merasa tidak terima. Jujur, aku terlanjur sayang pada sosokRian yang ternyata bersifat Yudha.
Enta mengapa, hati ini bilang kalau perjalanan cintaku baru akan dimulai. Sepertinya, Kintan pun mengatakan hal yang sama, tapi mana mungkin. Yudha sudah beristri dan mempunyai 1 orang anak laki – laki bernama Alief. Aku bukan tipe perusak rumah tangga orang jika sebagai Hanna tapi Laras pun akan berpikiran sama, no no no thanks.
Tapi kenapa hatiku sebagai Hanna dan Laras berkata bahwa perjalanan cintaku baru akan dimulai?? Dengan Rian?? Tampaknya tidak. Lalu dengan siapa?? Apa ada laki – laki lain selain Yudha?? Kalau memang ada, kuharap ini yang terakhir untuk Laras dan Hanna, tapi siapa??
Kegundahanku akankah seperti ini selama hidupku?? Apakah benar kerapuhanku ini dapat membuat hidupku lebih baik??
Aku adalah seorang gadis yang berjuang untuk hidupku sendiri di Ibukota. Walaupun, kalau dipikir”, keluargaku masih mampu membiayai aku hidup. Tapi aku lebih memilih untuk membiayai hidupku sendiri, merasakan hasil peluhku sendiri.
Aku masih ingat semua kejadian yang membuatku memilih hidup sendiri.
“Hanna, denger yang Mas Yudi bilang….”
“Gak, Hanna pokoknya gak mau rumah ini dijual!!”
“HANNA !!!!”….Brruukkk…
Kejadian itu masih terngiang di telingaku. Kala itu, Aku harus mempertahankan apa yang Almh. Ibuku amanatkan untukku.
“Hanna, rumah ini jangan sampai dijual. Simpan semua surat – surat dan kotak perhiasan Ibu ini di bunker rahasiamu.Baca surat dari Ibu saat keadaan sudah stabil. Ibu percaya Hanna bisa.”
Tak lama setelah itu Ibu tiada. Banyak hal berkecamuk di hatiku. Sanggupkah aku?
Ketika keadaan mulai stabil, Aku teringat pesan Ibu dan bunker rahasiaku. Malam itu, aku membaca suratnya dan terkesima. Ibu meninggalkanku banyak amanat, diantaranya beliau ingin rumah tidak dijual dan menitipkan surat – surat rumah padaku. Ada sekotak kado terbungkus kertas kopi bertuliskan “Untuk Hanna” dan itu tertulis di dalam surat Ibu sebagai “Kado Pernikahan” untukku dan Ibu menginginkan agar aku membukanya pada saat aku akan menikah. Terlalu cepat dan terlalu panjang Ibuku berpikir tentang masa depanku. Seorang Hanna bisa menikah?? Apa mungkin ??
Seorang Hanna adalah gadis yang tertutup, pemurung, minder, perasa, rapuh tapi manja. Aku selalu merasa nyaman bercerita tentang segala hal pada Ibuku. Namun sejak Ibuku meninggal, aku lebih sering bercerita pada “Jurnalku” yang kuberi nama “Kintan”.
Kintan atau Jurnalku adalah sahabatku. Segala keluh kesah kuuraikan secara jujur pada Kintan. Tapi kalau aku sedang malas cerita, aku menyimpan semua itu sendirian. Sejak aku tahu rumah ingin dijual, aku berpikir betapa piciknya kakak – kakakku. Malam itu, aku putuskan menyimpan semua yang Ibu amanatkan padaku dan menaruhnya kembali dengan rapi di bunker rahasiaku. Kotak bertuliskan “Untuk Hanna” kutaruh diatas semua benda milik Ibuku. Aku mengakhiri malam itu dengan menyegel rapi bunker rahasiaku dan mengepak pakaianku karena keesokan harinya, aku ingin pergi…ya…pergi.!
Aku pergi keluar dari rumah keesokkan harinya dengan membawa apa yang aku punya, pakaian dan kintan. Berkat sahabatku, Ari, aku bisa pergi dengan mudah dari rumah. Di sepanjang perjalanan, Ari sempat menanyakan tentang apa yang terjadi. Sedang aku hanya berkomentar,
“NO COMMENT…”
Ari yang sudah lama mengenalku hanya mendengus kesal mendengar aku berkata itu dan itu berulang kali. Aku memang malas untuk menjawab tentang itu semua karena bagiku itu buang – buang waktu. Aku sedang berpikir akan hidup seperti apa diluar sana.Seorang Hanna yang….aahhh…Ari pun berpikir bahwa aku tidak bisa bertahan.
Sampai malam hari datang, hari pertamaku tanpa AC, tanpa TV, tanpa telepon, tanpa kasur empuk dan tanpa makan malam, aku berpikir untuk berubah. Aku bercerita tentang ini pada Kintan dan aku memutuskan untuk mempersiapkan “Alter Ego” ku.
Ya, Alter Ego, jati diri keduaku. Malam itu kuputuskan menamai alter egoku dengan Laras, Laras Anggun Anindya. Karakter Laras 180° berbeda denganku. Laras adalah wanita yang anggun, cantik, lembut, open minded, dewasa, easy going dan punya sifat – sifat manis lainnya.
Aku hidup dalam jati diri Laras bertahun – tahun sampai kadang aku merasa kalau aku adalah Laras, terlahir sebagai Laras bukan Hanna. Hanna sepertinya sudah hilang, terkubur disudut hatiku paling dalam dan aku seperti terbuai dengan itu semua. Sampai aku tak memikirkan apapun, bahkan KTP dengan status asal – asalan Hanna pun tak jadi masalah buatku. Aku seperti bukan Hanna, tapi sepenuhnya Laras.
Kadang aku berpikir untuk mengakhiri perjalanan Laras, tapi aku tak bisa. Laras seperti mendarah daging di dalam diriku. Kadang sifat Hanna-ku berontak tapi kuabaikan. Yang tak bisa kuabaikan hanya Kintan. Dia tetap sahabatku, baik aku Hanna ataupun Laras. Hanya pada Kintan, aku bisa jadi sosok Hanna dan Laras sekaligus. Mungkin kalau Kintan bisa bicara, dia pasti berteriak marah padaku. Hanya pada Kintan aku tuliskan syair – syair kegundahanku dan cerita – cerita hidupku. Entah cerita kegundahan Hanna yang ingin mengakhiri perjalanan Laras maupun kegundahan Laras tentang cerita – cerita cinta.
Sejak ada Laras, cinta datang silih berganti di hidupku sebagai Hanna. Tapi semua hanya selintas lalu, tidak ada yang benar – benar tulus. Hanna ingin rasakan “cinta” seperti yang dipunyai Ibu. Ibu dan ayahku adalah 2 manusia yang punya sifat yang sangat bertolak belakang. Ibu yang ceria, tak kenal kata lelah, supel, easy going, lembut namun tegas tampak seperti Laras untukku. Sedang Ayah, seorang yang punya dedikasi tinggi pada pekerjaan, tidak ngoyo, punya dunia sendiri, lembut dan tegas. Ibu dan Ayah bias berjalan beriringan sampai maut memisahkan. Cinta seperti itu yang ingin aku, sebagai Hanna miliki.
Aku ingin belajar menjadi Ibu dan laras tampak menguasai itu. Sekarang aku mencari sosok “ayah” tapi apa ada manusia yang sama seperti Ayahku???
Oke, I’ll find it but sebagai siapa?? Hanna?? Laras?? Sepertinya aku belum bisa menonjolkan sosok Hanna, diriku sendiri. Aku menjadikan Laras sebagai tamengku, tameng andalanku, untuk mencari cinta sejatiku. Aku menemukan media yang bagus untuk mencari ‘cinta’ ku itu. Internet!.
Ya, Internet!
Mungin aku bisa mencarinya lewat friendster atau facebook yang sedang booming akhir – akhir ini. Untukku yang bekerja di sebuah business centre tampak mempermudah semuanya. Aku bias online 3 kai sehari untuk cek friendster dan facebook-ku dan tampaknya, aku tidak menemukan masalah.
Masalah timbul ketika partner kerjaku sekaligus kakak angkatku, Andi, memperkenalkan aku dengan game online. Mas Andi memperkenalkan aku dengan Idolstreet dan RF Online. Namun aku terkesima dengan idolstreet yang punya tampilan char selayaknya ‘barbie’, membuat aku terhubung dengan Laras dan mengabaikan RF Online.
Di Idolstreet, awal pergaulan aku sebagai Laras dimulai. Di situ akubersahabat dengan Satria. Satria buatku sahabat selain Kintan walaupun Kintan tetap nomor wahid di hidupku. Satria membuka pintuku sebagai Laras ke pergaulannya. Sejak itu, charku yang bernama sama denganku pun mulai dikenal orang.
Sampai aku bertemu Yudha. Yudha adalah sahabat sekaligus kakak angkat Satria. Yudha yang kutahu adalah lajang, punya gamecenter mungil, baik, perhatian dan penyayang. Sejak itu aku akrab dengan Yudha, dia menjadi “couple” ku di Idolstreet. Sampai suatu ketika kebenaran terbuka. Aku sebagai Laras selalu bilang selalu bilang kalau aku bekerja di luar negeri tapi teman bermain idolstreetku tidak bias bohong dan menyembunyikan keberadaanku. Sampai terkuaklah dimana aku berada dan Yudha pun berubah.
Saat itu aku benar – benar kalut dan ingin mengetahui kebenaran dibalik sikap Yudha yang berubah. Aku dan temanku nekat dating ke tepat Yudha dan taraaaaa….Yudha ternyata buan Yudha yang ada di profil friendster-nya selama ini. Yudha adalah kakak dari laki – laki yang fotonya terpampang di friendster yang selama ini kulihat.
Motif si kakak yang memang bernama Yudha adalah ingin menjodohkan adiknya yang bernama Rian denganku. Saat itu, harapanku untuk dapatkan cinta buyar. Seolah – olah memang dunia sedang memperolok – olok Hanna dan Laras bersamaan, tidak ada yang sejati tampaknya, tulus pun tidak. Setelah aku tahu semuanya, aku sebagai Hanna hanya bias berlapang dada walaupun aku sebagai Laras merasa tidak terima. Jujur, aku terlanjur sayang pada sosokRian yang ternyata bersifat Yudha.
Enta mengapa, hati ini bilang kalau perjalanan cintaku baru akan dimulai. Sepertinya, Kintan pun mengatakan hal yang sama, tapi mana mungkin. Yudha sudah beristri dan mempunyai 1 orang anak laki – laki bernama Alief. Aku bukan tipe perusak rumah tangga orang jika sebagai Hanna tapi Laras pun akan berpikiran sama, no no no thanks.
Tapi kenapa hatiku sebagai Hanna dan Laras berkata bahwa perjalanan cintaku baru akan dimulai?? Dengan Rian?? Tampaknya tidak. Lalu dengan siapa?? Apa ada laki – laki lain selain Yudha?? Kalau memang ada, kuharap ini yang terakhir untuk Laras dan Hanna, tapi siapa??
Kegundahanku akankah seperti ini selama hidupku?? Apakah benar kerapuhanku ini dapat membuat hidupku lebih baik??
( Password : Novel I-One )
5 komentar:
berarti sama-sama berbohong soal jati diri yang sebenarnya yah.
keren nih novel nya, ijin download ya sobat
ceritanya menarik sob, thanks udah share
Novel sangat bagus..., thanks for share sobat
nice artikel gan, salam sukses
Post a Comment