Novel Tree without roots yang kemudian diterjemahkan menjadi Pohon Tanpa Akar, karya Syed Waliullah ini mengambil setting kehidupan masyarakat Bangladesh di sebuah daerah pertanian.Tema yang diangkat dalam cerita ini, adalah tentang perjalanan seorang penyebar agama Islam yang memperoleh kemakmuran dan kekuasaan dari sebuah kebohongan yang ia tanamkan pada masyarakat yang awam agama.
Banyak hal yang diceritakan dalam novel ini. Tentang keadaan Geografis negara Bangladesh, tentang pertentangan dalam masyarakat, tentang agama, tradisi di masyarakat dan sebagainya.
Diawali dengan cerita tentang keadaan sebuah daerah kering yang tidak memberikan kemakmuran pada penduduknya, Syed Waliullah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang latar belakang timbulnya cerita dalam novel ini. Kita seakan bisa melihat langsung saat pengarang mendeskripsikan daerah kering yang tidak lagi memberikan kemakmuran, meskipun penduduk sudah mengolahnya. Ironisnya, justru kemiskinan dan penderitaan inilah yang membuat penduduk semakin “lantang” berseru dan berdoa memohon belas kasih Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan mereka. Seperti yang diceritakan dalam kutipan berikut :
“ Di pagi hari udara laksana pecah oleh suara anak-anak lelaki yang memenuhi ruangan-ruangan kelas pengajian Qur’an, ruangan muktab. Bagaimana orang tidak merasakan bahwa negeri ini milik Tuhan! Lihatlah pada anak-anak lelaki yang sedang tumbuh. Sebelum terlihat tanda tumbuh bulu janggut, mereka telah hafal seluruh ayat Qur’an di luar kepala dan telah menjadi hufza kecil. Wajah muda bercahaya karena bahagia,karena mereka merasa pasti memperoleh tempat di surga (Pohon tanpa Akar : 7)
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk daerah miskin itu bukan hanya taat menjalankan ajaran agamanya, tetapi juga menguasainya untuk kemudian bisa menyebarkannya. Tetapi ternyata ketaatan pada Tuhan tidak membuat mereka bisa terus-menerus hidup dalam penderitaan dan melupakan keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dan dari sinilah kemudian cerita dalam novel ini bergulir.
Madjid, tokoh utama dalam novel ini adalah salah satu dari sekian banyak penduduk daerah gersang tadi yang berusaha untuk merubah nasibnya dengan keluar dari desanya yang miskin. Dengan kemampuan agama yang dimilikinya ia berusaha memperbaiki hidupnya dengan cara berpindah dari desa satu ke desa lainnya, sambil menyebarkan agama. Banyak hal yang dipaparkan oleh pengarang tentang perjalanan hidup Majid dalam novel ini, tetapi dalam uraian kali ini penulis tertarik untuk lebih memfokuskan pada tipu muslihat yang dilakukan Madjid pada masyarakat Mahabbatpur, dan konflik batin yang dialaminya
Banyak hal yang diceritakan dalam novel ini. Tentang keadaan Geografis negara Bangladesh, tentang pertentangan dalam masyarakat, tentang agama, tradisi di masyarakat dan sebagainya.
Diawali dengan cerita tentang keadaan sebuah daerah kering yang tidak memberikan kemakmuran pada penduduknya, Syed Waliullah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang latar belakang timbulnya cerita dalam novel ini. Kita seakan bisa melihat langsung saat pengarang mendeskripsikan daerah kering yang tidak lagi memberikan kemakmuran, meskipun penduduk sudah mengolahnya. Ironisnya, justru kemiskinan dan penderitaan inilah yang membuat penduduk semakin “lantang” berseru dan berdoa memohon belas kasih Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan mereka. Seperti yang diceritakan dalam kutipan berikut :
“ Di pagi hari udara laksana pecah oleh suara anak-anak lelaki yang memenuhi ruangan-ruangan kelas pengajian Qur’an, ruangan muktab. Bagaimana orang tidak merasakan bahwa negeri ini milik Tuhan! Lihatlah pada anak-anak lelaki yang sedang tumbuh. Sebelum terlihat tanda tumbuh bulu janggut, mereka telah hafal seluruh ayat Qur’an di luar kepala dan telah menjadi hufza kecil. Wajah muda bercahaya karena bahagia,karena mereka merasa pasti memperoleh tempat di surga (Pohon tanpa Akar : 7)
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk daerah miskin itu bukan hanya taat menjalankan ajaran agamanya, tetapi juga menguasainya untuk kemudian bisa menyebarkannya. Tetapi ternyata ketaatan pada Tuhan tidak membuat mereka bisa terus-menerus hidup dalam penderitaan dan melupakan keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dan dari sinilah kemudian cerita dalam novel ini bergulir.
Madjid, tokoh utama dalam novel ini adalah salah satu dari sekian banyak penduduk daerah gersang tadi yang berusaha untuk merubah nasibnya dengan keluar dari desanya yang miskin. Dengan kemampuan agama yang dimilikinya ia berusaha memperbaiki hidupnya dengan cara berpindah dari desa satu ke desa lainnya, sambil menyebarkan agama. Banyak hal yang dipaparkan oleh pengarang tentang perjalanan hidup Majid dalam novel ini, tetapi dalam uraian kali ini penulis tertarik untuk lebih memfokuskan pada tipu muslihat yang dilakukan Madjid pada masyarakat Mahabbatpur, dan konflik batin yang dialaminya
( Password : Novel I-One )
14 komentar:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Subhanallah, Syukron jazakallah khoiron katsiron, banyak ilmu yang saya dapatkan disini, khususnya yang aku baca saat ini tentang pohon tanpa akar, setelah aku baca banyak hikmah sebagai pelajaran bermanfaat untuk kita. salam ukhuwah wahai sauadaraku.
Kunjungan malam sobat
Novelnya menarik sobat, tapi itu bagaimana yang dakwah dengan kebohongan sobat?
wah,,, mantap nih.. :) bokmark dulu, nti downloadnya, kl lagi santai.. :D
Dari uraian singkat jadi tertarik baca ni...ijin download ya om I-one
menyaring hal2 yg bermanfaat....dan membuang yg tidak bermanfaat....
Sebuah cerita yang menarik, saya langsung download e-booknya;
Thanks sudah share, salam sahabat!
Sepertinya layak untuk dikoleksi nih, sapa tahu nanti bisa jadi salah satu literatur juga. Makasih ya mas sudah membagi e-book ini :)
koment sy yg dulu kykny masuk spam nih... :((
mantap ceritanya. kykny buku-ny mahal y? :D
salam blogger ^^
Cekidot...ijin download
Nice share sob..
wah sangat menarik nih om . izin download yah :)
Thanks for share sob
wah sepertinya ini mantap gan :D
kok failed ya?
Post a Comment