Loading

Riyadhus Shalihin - Imam Nawawi

Keikhlasan Dan Menghadhirkan Niat Dalam Segala Perbuatan, Ucapan Dan Keadaan Yang Nyata Dan Yang Samar

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya sama menyembah Allah, dengan tulus ikhlas menjalankan agama untuk-Nya semata-mata, berdiri turus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat dan yang sedemikian itulah agama yang benar." (al-Bayyinah: 5)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Samasekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah binatang kurban itu, tetapi akan sampailah padaNya ketaqwaan dan engkau sekalian." 1 (al-Haj: 37)


Allah Ta'ala berfirman pula:
"Katakanlah - wahai Muhammad 2,sekalipun engkau semua sembunyikan apa-apa yang ada di dalam hatimu ataupun engkau sekalian tampakkan, pasti diketahui juga oleh Allah." (ali-lmran: 29)

1. Dari Amirul mu'minin Abu Hafs yaitu Umar bin Al-khaththab bin Nufail bin Abdul 'Uzza bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin 'Adi bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib al-Qurasyi al-'Adawi r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda 3:
"Hanyasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu untuk harta dunia yang hendak diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang hendak dikawininya, maka hijrahnyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu."
(Muttafaq (disepakati) atas keshahihannya Hadis ini)

Diriwayatkan oleh dua orang imam ahli Hadis yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Almughirah bin Bardizbah Alju'fi Albukhari, - lazim disingkat dengan Bukhari saja -dan Abulhusain Muslim bin Alhajjaj bin Muslim Alqusyairi Annaisaburi, - lazim disingkat dengan Muslim saja - radhiallahu 'anhuma dalam kedua kitab masingmasing yang keduanya itu adalah seshahih-shahihnya kitab Hadis yang dikarangkan.


Lorong Tembus Kubur - Tara Zagita

CAHAYA petir menyambar salah satu pucuk pohon hutàn tembaga. Warna cahaya itu bukan biru atau putih menyilaukan seperti petir-petir yang sering berkerilap di awan bumi. Warna cahaya petir itu merah saga. Terang sekali. Bentuknya bukan berkelok-kelok seperti petir yang sering terlihat di permukaan burni. Bentuk cahaya merah itu menyerupai pedang raksasa. Panjang dan berukuran besar.

Sekali melesat menimbulkan dentuman dahsyat. Menghentak kuat, bagaikan ingin membelah alam dimensi mist ik. Suara dentuman itu bergelombang panjang, seolah-olah berjalan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ketika lidah petir alam mistik itu menyambar salah satu pucuk pohon hutan tèmbaga, maka dalam sekejap. saja puluhan pohón lainnya ikut menjadi hangus. Terbakar dan hancur menjadi debu serbuk tembaga.


“Aku belum pernah melewati hutan ini, Paman. Apakah pohonpohonnya benar-benar terdiri dan lapisan logam tembaga?”

“Kurasa benar. Petiklah daun pohon yang pendék itu, Kumala. Coba, petiklah sehelai saja.”

Kumala Dewi menuruti saran tersebut. Anak pohon yang masih tergolong muda dengan tinggi hanya sebatas lutut itu memiliki daun selebar telapak tangan orang dewasa. Warnanya coklat bening. Sepertinya tampak rentan dan mudah dipetik.

Tapi kenyataannya tidak demikian. Kumala Dewi mengerahkan tenaganya untuk memetik sehelai, ternyata tidak bérhasil. Daun anak pohon itu selain keras juga kenyal. Dipulir ke kanan, kembali ke kiri, dipulir ke kiri kembali ke kanan. Ketika daun itu beradu dengan daun yang timbul adalah suara gesekan dan benturan logam tembaga. Traang, .zzssrreeng, traaang, trrreeeng, zzssreeeng...!


Arwah Yang Suka Bernyanyi - Donatus A. Nugroho

CHAPTER 1:
MEMBELI RUMAH KUNO

Pesta sederhana itu berlangsung cukup meriah. Berkali-kali Pak Wibisono saling berpandangan dengan istrinya, saling tersenyum dengan manis, menandakan kebahagiaan sekaligus kepuasaan. Para tamu undangan yang datang dari jauh adalah mereka yang mulai hari ini resmi menjadi mantan tetangga. Kedatangan mereka adalah bukti bahwa Pak Wibisono sekeluarga tetap disayangi dan dihormati, bahkan mungkin disayangkan kepergiannya. Tamu yang lain adalah orang-orang sekitar yang akan menjadi tetangga baru.
Kesediaan mereka datang mengisyaratkan bahwa keluarga Wibisono diterima dengan baik di lingkungan mereka.
Di luar itu semua, yang paling membahagiakan Pak Wibisono adalah kenyataan bahwa mulai sekarang ia sudah memiliki rumah sendiri, setelah bertahun-tahun sejak menikah mereka hanya menempati rumah kontrakan.

Katanya, kesempurnaan seorang lelaki adalah apabila ia sudah memiliki sebuah rumah sendiri dari hasil jerih payahnya. Pak Wibisono bangga, biar pun untuk memiliki rumah ini, ia terpaksa harus meminjam uang kantor dan mengembalikannya dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Ia juga harus merelakan menjual sedan kesayangan dan menghabiskan hampir seluruh tabungannya.
Tapi kalau tidak begitu, kapan lagi kesempatan itu ada?
Rumah tua di pinggir kota ini tidaklah terlalu jelek.
Dengan sedikit perbaikan di sana-sini, Pak Wibisono yakin bisa menyulapnya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Tenang karena letaknya yang di pinggiran, dan sejuk karena dekat perbukitan serta areal perkebunan kopi.
Semula Ibu Wibi kurang setuju dengan pilihan suaminya. Begitu juga dengan Miko, anak sulung mereka. Kata Miko, rumah tua ini kesannya sangat angker. Melihatnya dari luar, apalagi pada malam hari, selalu membuat bulu kuduknya berdiri. Seperti markas vampire!
Pak Wibisono selalu menertawakan anggapan putra tertuanya itu.
Kata beliau, itu akibat terlalu sering menonton film horor atau misteri di televisi. Menurut Pak Wibisono, rumah tua berarsitektur Belanda ini bisa menjadi investasi yang kelak amat berharga. Antik dan langka. Atas pertimbangan itulah Pak Wibisono bertahan dengan pilihannya. Apalagi ia tidak sendirian. Di luar dugaan, Karmila sangat antusias dengan pilihan ayahnya tersebut. Gadis manis, adik Miko yang duduk di kelas tiga SMP itu, justru selalu menyemangati ayahnya untuk segera menyelesaikan transaksi pembelian. Dua lawan dua. Dan karena ternyata rumah ini dijual dengan harga yang terbilang cukup murah, maka Ibu Wibi dan Miko terpaksa mengalah.


Sosok di Balik Gejolak Ekonomi Dunia - Alan Greenspan

Alan Greenspan kali pertama ditunjuk sebagai Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS, atau Federal Reserve (The Fed) pada pemerintahan Presiden Ronald Reagan. Berkat kepiawaian dan keakuratannya dalam membuat kebijakan moneter, Greenspan mempertahankan jabatan ketua Bank Sentral AS hingga empat kali periode, tanpa terpengaruh presiden AS yang terus berganti.

Catatan prestasi Greenspan yang menonjol antara lain keberhasilannya menangani krisis pasar saham Black Monday, meledaknya bisnis internet dot.com, gelembung pasar saham bulan Maret 2000, dan resesi akhir tahun 2000, tahun 2002, dan peristiwa-peristiwa pasar terkini.


Analisis yang tajam dan akurat dalam kebijakan moneter, membuat setiap langkahnya diperhitungkan dan ditunggu-tunggu semua pihak. Hingga ada joke di kalangan pasar dunia, suara batuk Greenspan saja bisa memengaruhi gejolak ekonomi dunia.

Sejak Greenspan menjabat ketua Bank Sentral AS, setiap pengumumannya selalu diliput media cetak dan elektronik. Bahkan stasiun televisi menyiarkan langsung detik-detik pengumuman kebijakannya—persis seperti peluncuran pesawat antariksa, di layar televisi terlihat hitungan mundur jam, detik demi detik, hingga tiba saatnya pengumumannya.

Buku ini mengupas tuntas liku-liku dan sepak terjang Alan Greenspan menjadi ketua Bank Sentral AS. Bagaimana konflik dan intrik pembuatan keputusan Bank Sentral AS? Bagaimana pemikiran Greenspan? Syahdan, sebagai bangsa yang bijak, seharusnya para ekonom Indonesia bisa belajar banyak dari sosok Alan Greenspan dalam mengeluarkan kita dari krisis ekonomi yang berkepanjangan ini.


 
Subscribe to Novel I-One

Enter your email address: