Di kota Al Quds atau Yerussalem, Palestina, masjid segidelapan itu berdiri indah dengan warna putih biru dan kubah bersepuh emas. Di kota suci ketiga setelah Makkah dan Madinah itulah pada 27 Rajab tahun 10 kenabian, Nabi Muhammad saw diperjalankan dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha lalu ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah shalat bagi umat Islam dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Hingga hari ini, masjid itu masjid berdiri di tengah udara keruh sengketa Israel – Palestina, menyaksikan jatuh bangun peradaban Islam. Namun, di bawah pondasinya tanah bukit telah keropos oleh ulah kaum Yahudi yang melakukan perusakan sejak tahun 1967.
Barangkali, sebagian umat Islam menduga bahwa masjid tersebut adalah bekas bangunan milik umat lain yang berhasil direbut, misalnya kuil atau gereja. Padahal, bangunan tersebut benar-benar milik umat Islam. Masjid itu dibangun kaum muslimin pada masa Umar bin Khattab menjadi khalifah, yakni sekitar tahun 638.
Bangunan bersejarah itu merupakan simbol universal bagi kota Yerussalem, kota yang dalam sejarahnya memiliki bermacam-macam sebutan, seperti, al-Quds atau Ilya (Romawi: Aela Capitolina). Nama asli kota itu adalah Tsiyown atau Zion. Dari kata itulah masyarakat Yahudi internasional membuat nama bagi gerakan kebangsaannya, yaitu Zionisme.
Dalam buku berjudul lengkap “Rahasia di Balik Penggalian al-Aqsha; Mitos Haikal Sulaiman, Tabut yang Hilang, dan Penantian Kedatangan Juru Selamat yahudi” ini, Abu Aiman mengungkapkan sejarah kota Yerussalem, Baitul al-Maqdis (komplek masjid al-Aqsha), mitos Yahudi seputar kuil suci mereka, dan berbagai rahasia di balik upaya penggalian tanah di bawah Baitul al-Maqdis. Gambaran diperjelas dengan ilustrasi grafis dan foto-foto, seperti denah dan konstruksi bangunan-bangunan di kompel Baitul al-Maqdis, serta dokumentasi persekutuan petinggi-petinggi sejumlah negara Barat dengan pemuka agama Yahudi.
Umat Yahudi melakukan penggalian di bawah al-Aqsa untuk mencari Tabut (semacam tempat ibadah portabel) yang berada dalam kemah suci. Mereka meyakini bahwa di bawah Baitul al-Maqdis terkubur kuil suci mereka yang disebut Haikal Sulaiman atau Kuil Salomo. Oleh karena itu mereka berhasrat untuk meruntuhkan Baitul al-Maqdis dan menggantinya dengan Kuil Salomo untuk menyambut kedatangan Mesiah juru selamat mereka (al masih Dajjal).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Setelah pembangunan Bait al-Maqdis berarti itu adalah kehancuran Yatsrib (kota Madinah). Setelah kehancuran Yatsrib itu berarti terjadinya pertempuran. Dan setelah terjadinya pertempuran itu berarti penaklukkan Konstantin. Dan setelah penaklukkan Konstantin itu berarti keluarnya Dajjal.”
Barangkali, sebagian umat Islam menduga bahwa masjid tersebut adalah bekas bangunan milik umat lain yang berhasil direbut, misalnya kuil atau gereja. Padahal, bangunan tersebut benar-benar milik umat Islam. Masjid itu dibangun kaum muslimin pada masa Umar bin Khattab menjadi khalifah, yakni sekitar tahun 638.
Bangunan bersejarah itu merupakan simbol universal bagi kota Yerussalem, kota yang dalam sejarahnya memiliki bermacam-macam sebutan, seperti, al-Quds atau Ilya (Romawi: Aela Capitolina). Nama asli kota itu adalah Tsiyown atau Zion. Dari kata itulah masyarakat Yahudi internasional membuat nama bagi gerakan kebangsaannya, yaitu Zionisme.
Dalam buku berjudul lengkap “Rahasia di Balik Penggalian al-Aqsha; Mitos Haikal Sulaiman, Tabut yang Hilang, dan Penantian Kedatangan Juru Selamat yahudi” ini, Abu Aiman mengungkapkan sejarah kota Yerussalem, Baitul al-Maqdis (komplek masjid al-Aqsha), mitos Yahudi seputar kuil suci mereka, dan berbagai rahasia di balik upaya penggalian tanah di bawah Baitul al-Maqdis. Gambaran diperjelas dengan ilustrasi grafis dan foto-foto, seperti denah dan konstruksi bangunan-bangunan di kompel Baitul al-Maqdis, serta dokumentasi persekutuan petinggi-petinggi sejumlah negara Barat dengan pemuka agama Yahudi.
Umat Yahudi melakukan penggalian di bawah al-Aqsa untuk mencari Tabut (semacam tempat ibadah portabel) yang berada dalam kemah suci. Mereka meyakini bahwa di bawah Baitul al-Maqdis terkubur kuil suci mereka yang disebut Haikal Sulaiman atau Kuil Salomo. Oleh karena itu mereka berhasrat untuk meruntuhkan Baitul al-Maqdis dan menggantinya dengan Kuil Salomo untuk menyambut kedatangan Mesiah juru selamat mereka (al masih Dajjal).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Setelah pembangunan Bait al-Maqdis berarti itu adalah kehancuran Yatsrib (kota Madinah). Setelah kehancuran Yatsrib itu berarti terjadinya pertempuran. Dan setelah terjadinya pertempuran itu berarti penaklukkan Konstantin. Dan setelah penaklukkan Konstantin itu berarti keluarnya Dajjal.”
Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha ~ Editor By. I-One
Pass : www.ebukindo.co.cc
0 komentar:
Post a Comment