Seorang  penghulu di Padang yang bernama Sutan Mahmudsyah dengan isterinya, Siti  Mariam yang berasal dari orang kebanyakan mempunyai seorang anak  tunggal laki-laki yang bernama Syamsul Bahri. Rumah Sutan Mahmudsyah  dekat dengan rumah seorang saudagar bernama Baginda Sulaeman. Baginda  Sulaeman yang mempunyai seorang anak perempuan tunggal bernama Siti  Nurbaya. Mereka itu sangat karib sehingga seperti kakak dengan adik  saja.Pada  suatu hari setelah pulang dari sekolah, Syamsul Bahri mengajak Siti  Nurbaya ke gunung Padang bersama-sama dua orang temannya, yakni  Zainularifin, anak seorang jaksa kepala di Padang yang bernama  Zainularifin akan melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Dokter Jawa di  Jakarta. Sedang Bahtiar melanjutkan ke Sekolah Opzicther (KWS) di  Jakarta pula. Syamsul Bahri pun akan melanjutkan ke Sekolah Dokter  tersebut. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah mereka bertamasya ke  Gunung Padang. Di Gunung Padang itulah Syamsul Bahri menyatakan cintanya  kepada Siti Nurbaya dan mendapat balasan. Sejak itulah mereka itu  mengadakan perjanjian akan sehidup semati.
Pada  suatu hari yang telah ditentukan, berangkatlah Syamsul Bahri  melanjutkan sekolahnya ke Jakarta. Sekolahnya menjadi satu dengan  Zainularifin.
Di  Padang ada seorang orang kaya bernama Datuk Maringgih. Ia selalu  berbuat kejahatan secara halus sehingga tidak diketahui orang lain.  Kekayaannya itu didapatnya dengan cara tidak halal. Untuk itu ia  mempunyai banyak kaki tangan, antara lain ialah Pendekar Tiga, Pendekar  empat, dan Pendekar Lima.
Melihat  kekayaan Baginda Sulaeman Datuk Maringgih merasa tidak senang, maka  semua kekayaan Baginda Sulaeman diputuskan akan dilenyapkan. Dengan  perantara kaki tangannya itu, dibakarlah tiga buah toko Baginda  Sulaeman, perahu-perahunya yang penuh berisi muatan ditenggelamkannya.


0 komentar:
Post a Comment