![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn8tDn0HPctKn9NtSK_ATGKbxwgYqzPisOFv1wTHAL6WW6YKZJXBt3oM62me9DPhAYkUfWQzguOja7ek_54jeWIlnJdIx1P2nlmcm0TgRVLWj8pwe6P9a2Er03mgb_naeggqD7IIfdzh2a/s200/mati+ketawa+ala+soeharto.jpg)
Belakangan ini orang Indonesia kian produktif menciptakan humor. Para pelaku ekonomi di Indonesia juga tak mau kalah bikin humor segar dengan merespon pembelian dolar Amerika secara besar-besaran saat RAPBN dibacakan Soeharto. Demikian juga ketika Soeharto menyatakan takluk pada tuntutan IMF, orang kembali memborong dolar. Rupiah jadi anjlok. Juga saat Soeharto menyatakan kesediaannya dicalonkan jadi presiden lagi oleh Harmoko. Lantas anak presiden dan sejumlah pejabat membalasnya dengan humor pula. Antara lain dengan melancarkan Gerakan Cinta Rupiah dan perlombaan menyumbang emas secara mencengangkan. Tampaknya dalam situasi krisis, orang kian butuh humor.
Boleh jadi pers dibungkam, aktivis prodemokrasi dipenjara, organisasi kemahasiswaan dan pemuda dibonsai, wakil rakyat sejati di-recall, aspirasi rakyat disumbat, tapi siapa yang bisa melarang orang bikin humor? Barangkali humor adalah sebuah bentuk katarsis orang dari ketidakberdayaannya dalam dunia nyata. Bisa saja penataran P-4 telah dijalankan secara sistematis, gerak-gerik setiap warganegara diawasi dan para wakil rakyat diberi pembekalan, tapi apa memang “ya” lantas semua jadi serba seragam?
Kumpulan humor dalam buku ini, paling tidak membuktikan bahwa ternyata tidak semua manusia Indonesia telah “mati pikir” di negerinya sendiri. Ada sejumlah orang yang masih kreatif dan berotak sehat. Buktinya mereka bisa membuat humor. Dan lewat humor-humor bikinannya itu mereka berhasil mengundang orang lain untuk tersenyum. Meski kadang sinis dan menyakitkan.
Mati Ketawa Ala Soeharto ~ Editor By. I-One
0 komentar:
Post a Comment