Dukuk Paruk menjadi karang abang pada awal tahun 1966. Cukup berpengalaman dengan kegetiran kehidupan, dengan kondisi-konddisi yang bersahaja, kemiskinan, kebodohan sepanjang masa. Peristiwa politik telah menggoncangkan orang-orang Dukuh Paruk kini tinggal puing-puingnya saja. Rumahnya terbuat dari pohon singkong yang ditutupi dengan rumput dan daun pisang kering.
Namun Dukuh Paruk dapat bernafas pertama ketika Sakarya kamitua penduduk pulang. Sakarya pulang dari tahanan selama dua minggu. Tetapi mereka masih gelisah karena orang kebanggaannya yaitu Srintil masih belum kembali ke Dukuh Paruk.
Ada rumah yang masih tersisa ketika Dukuh Paruk terbakar yakni rumah nenek Rasus. Nenek Rasus kini sakit keras karena rindu dengan cucunya. Rasus sudah lebih dari empat tahun telah meninggalkan Dukuh Paruk.
Kini Rarus telah menjadi seorang tentara. Rasus berkirim surat kepada Sersan Pujo, yang menjadi komandan markas perwira urusan territorial di Kecamatan Dawuan. Peristiwa tentang tanah kelahirannya ia ketahui dari Sersan Pujo. Menurut kabar yang disampaikan Sersan Pujo melalui telegram, nenek Rasus masih hidup dan sekarang dalam keadaan sakit. Maka atas izin Sersan Pujo kini Rasus pulang ke Dukuh Paruk.
Sesampai di rumah Rasus disambut warga Dukuh Paruk dengan tetsan air mata. Hal itu menandakan rasa haru, sedih, takut, senang dan berbaur menjadi satu. Tetapi hati Rasus disambut Sakarya,Kertareja, dan orang-orang Dukuh Paruk lainnya.
Rasus menanyakan keadaan orang-orang di desanya tentang keselamatan mereka semua. Akan tetapi tak ada seorang pun yang berani menjawab. Hanya Sakarya yang berani menjawab. Malam harinya hampir semua orang Dukuh Paruk berkumpul di rumah nenek Rasus. Mereka masih menjaga sampai larut malam. Setelah tengah malam tinggal beberapa orang saja tinggal di rumah nenek Rasus yaitu Rasus, Sakarya, Kertareja. Tetapi tiba-tiba Rasus mencium bau mayat. Kemudian tak seberapa lama kemudian neneknya meninggal dunia.
Keesokan harinya semua orang Dukuh Paruk berjalan mengiringi jasad nenek Rasus. Tak seorangpun yang tertinggal di rumahnya. Setelah menguburkan jenazah neneknya, Rasus kemudian mendapat titipan pesan dari Sakarya. Rasus mendapat pesan dari Sakarya untuk mencari cucunya yaitu Srintil. Ia telah lama tidak berada di Dukuh Paruk. Sakarya juga menitipkan sejumlah harta kekayaan Srintil kepada Rasus. Harta tersebut disimpan di makam Eyang Secamenggala. Kemudian kembalilah Rasus untuk menjalankan tugasnya.
Jantera Bianglala ~ Editor By. I-One
0 komentar:
Post a Comment