Forbidden City atau Paradise City. Predikat mana yang paling cocok dan pas? Bisa jadi dua-duanya. Buat saya, sebutan Forbidden City jadi satu ukuran betapa segala jenis hiburan, termasuk alcohol, drugs, dan seks didalamnya bias diakses dan dibeli kapan saja dan dimana saja. Padahal menurut aturanya, segala hiburan yang berbau seks itu jelas “forbidden” di Jakarta. Nyatanya? Bagi sebagian orang, hiburan yang notabene “Forbidden” itu malah jadi “Paradise” yang menawarkan kesenangan tak terhingga.
Forbidden City hanyalah sebuah istilah saja. Karena itu maknanya beda-beda tipis dengan kondisi Jakarta saat ini. Makanya, saya lebih suka menggunakan judul Jakarta Undercover (Forbidden City) Up (to) date dan (re) visited Ooo…. Seperti itu kira-kira gambarannya?. Makin kerena, gemerlap dan ehmmm…edan. Barangkali kalimat itulah yang pas utnuk menggambarkan kondisi dan situasi Jakarta menjelang akhir-akhir ini. Gimana nggak keren, gemerlpa dan edan, kalau ternyata dari hari ke hari kawasan “abu-abu” di Jakarta jumlahnya makin bertambah dan menu-menu seks yang disajikan pun sangat variatif + inovatif , layaknya sebuah supermarket. Tinggal pilih dan sesuaikan dengan duit di kantong Money Talk, itu sudah jadi rumus nomor satu di dunia pelesir seks. Ada uang segala kesenangan dari yang softcore sampai hardcore bias didapatkan.
Jakarta Undercover 3 (Forbidden City) ~ Editor By. I-One
0 komentar:
Post a Comment